Sabtu, 22 Januari 2011

Saatnya untuk Ikut Memakmurkan Masjid

Sesungguhnya rumah-rumah Ku di bumi ialah masjid-masjid, dan para pengunjungnya adalah orang-orang yang memakmurkannya (Hadis Qudsi, riwayat Abu Na’im dari Sai’d al Khudri r.a.)

Masjid adalah “rumah” Allah. Dia sangat senang rumahNya dikunjungi. Setiap saat pintu rumahNya terbuka bagi siapa saja untuk datang berkunjung. Bahkan lima kali sehari dikumandangkan adzan, sebagai undangan untuk datang ke masjid. Namun seringkali “aku” tidak memenuhi undanganNya. “Aku” demikian angkuh, sombong, dan lalai, sehingga membiarkan begitu saja undangan demi undangan. Bahkan sedemikian sibuknya, sehingga tidak punya waktu untuk merenung: “Siapakah aku? Siapakah Yang Mengundang aku?”

Demikianlah, kadang kadang, bahkan seringkali, “sang aku” begitu angkuh. Seringkali melupakan siapa aku yang sebenarnya. Padahal aku seringkali membaca surat Yaasiin, namun belum tersentuh dengan maksud ayat 77:

Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa kami menciptakannya dari setitik air (mani), Maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata.(Yaasiin; 36 : 77)

Engkau telah menyerukan agar hamba Mu yang beriman masuk kedalam Islam secara kaaffah. Namun aku masih memilah-milah.

Sedangkan Yang Mengundang aku datang ke masjid adalah Allah, Pencipta, Pemilik dan Penguasa seluruh alam. Dia yang mengundang, adalah Dia Yang Maha Mengetahui, baik yang gaib maupun yang nyata, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Yang Maha Suci, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan, Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaulhusna, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Al-Hasyr; 59 : 22 – 24).

Kalaulah aku senantiasa memenuhi undangan Nya, tentulah aku akan dimuliakan. Karena Yang Mengundang adalah Dia Yang Maha Kaya lagi Maha Penyantun, Yang Maha Luas karuniaNya lagi Maha Mengetahui. Dia Yang Maha Pengasih, Maha Pemberi Rezqi, Yang Memiliki langit dan bumi beserta segala isinya, yang kepada Nya bergantung seluruh makhluk.

Masyaallah. Mengingat keangkuhan dan kelalaian itu, sudah sepantasnyalah aku menyandang predikat sebagai:
“yang berbuat zalim atas diri sendiri” (lihat QS Yunus; 10 :44)
“yang sangat zalim dan sangat mengingkari nikmat Allah” (lihat QS Ibrahim; 14 : 34),
“yang senantiasa tidak berterima kasih” (lihat QS Al-Isra’; 17 : 67),
“makhluk yang paling banyak membantah” (lihat QS Al-Kahfi; 18 : 54)
“yang tidak besyukur” (lihat QS Saba’; 34 : 13),
“yang benar-benar melampaui batas” (lihat QS Al ’Alaq; 96 : 6)
“yang sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhan-nya” (lihat QS Al-‘Aadiyah; 100 : 6)

Wahai. Alangkah celakanya. Kemanakah aku nantinya akan mengadu setelah nyawa berpisah dari badan? Padahal mau tidak mau, aku akan kembali kepada Nya (lihat QS Ar –Ruum; 30 : 11). Bagaimanakah nasib aku pada hari kiamat? Sedangkan kiamat itu pasti terjadi (lihat QS Al-Mukmin; 40 :59). Siapakah yang akan menjadi penolong aku? Sedangkan hari yang tiada pertolongan itu pasti akan aku lalui (lihat QS Luqman; 31 : 33).

Sudah saatnya aku mesti merubah sikap. Keangkuhan dan kelalaian tidak ada gunanya. Bahkan hanya akan membawa malapetaka. Alangkah meruginya, bilamana masih mengabaikan panggilan untuk memakmurkan masjid. Padahal hanyalah orang orang yang memakmurkan masjid itulah orang yang beruntung memperoleh petunjuk Maha Pencipta:

Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah. Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.(Surat At-Taubah; 09 : 18)

Ya Allah. Ampunilah hambaMu yang dhaif ini. Maafkanlah kelalaianku. Dan mohon kiranya Engkau merahmati aku dan saudara-saudaraku sesama muslim, dengan rasa cinta pada masjid, serta memberikan kemudahan untuk datang memakmurkan masjid, dan menjadikan hati kami senantiasa terpaut pada masjid. Aamiin.

(dikutip dari al-fauzien.web.id, tulisan : Syahril Bermawan in Artikel Islam on 12 18th, 2007)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar