Kronologis

Laporan Perkembangan Penanganan
Musibah Tanah Longsor di Masjid An-Nur Sidorejo
Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, DIY

1.        Musibah longsor pertama kali terjadi pada hari Kamis, tanggal 6 Januari 2011, sekitar pukul 16.00 wib, yang menyebabkan talud masjid An-Nur Sidorejo ambrol sekitar 29 meter dengan ketinggian 11 meter. Longsor ini menyebabkan pagar masjid menjadi ambrol dan kondisi bangunan utama masjid menjadi terancam. Pada bagian utara, longsor bahkan sudah mencapai 0,5 meter dari bangunan dapur dan tempat wudlu, sehingga dikhawatirkan jika terjadi longsor susulan, bangunan tersebut akan roboh.

2.        Longsor kedua terjadi pada pagi harinya, Jum’at, tanggal 7 Januari 2011, sekitar pukul 07.00 wib, yang menyebabkan talud ambrol bertambah 7 meter. Sehingga, pada hari Jum’at tersebut, talud Masjid An-Nur Sidorejo yang longsor bertambah menjadi sepanjang 36 meter dengan ketinggian 11 meter.

3.        Sebagai antisipasi, dilakukan upaya penanganan sementara mulai hari Jum’at tanggal 7 Januari 2011 dengan kerjabakti warga dan anggota TNI. Agenda kerjabakti adalah pembersihan lokasi longsor.  Dilanjutkan pada hari minggu tanggal 9 Januari 2011 dengan kerjabakti warga. Agendanya, melanjutkan pembersihan lokasi longsor, menyelamatkan bahan-bahan bangunan yang masih bisa dipakai dan memasang bambu sebagai penyangga lokasi longsor untuk mengantisipasi longsor susulan.

4.        Bersamaan dengan langkah tersebut, kami juga mulai melakukan upaya penggalangan bantuan dari masyarakat dan pihak luar, dengan harapan bisa mencukupi untuk membangun atau memperbaiki talud sebagaimana mestinya. Termasuk dengan mengirim surat pembaca ke media lokal di Yogyakarta dan media online lainnya. Dana yang diperlukan mencapai Rp. 130 Juta Rupiah. Namun, hingga kini, jumlah dana yang terkumpul baru mencapai sekitar Rp. 20 Juta atau masih jauh dari kebutuhan untuk melakukan pembangunan talud secara mandiri.

5.        Akibat belum mencukupinya dana, hingga sepekan pasca bencana, lokasi musibah tanah longsor masjid An-Nur terlihat masih terbengkalai. Kondisi ini tentu saja sangat mengkhawatirkan, karena, hujan deras masih sering mengguyur kawasan Yogyakarta dan sekitarnya sehingga bisa menyebabkan longsor susulan dan mengancam keberadaan bangunan utama masjid.

6.        Kondisi serupa juga terjadi hingga pekan kedua pasca bencana. Dana yang terkumpul masih belum mencukupi, sehingga, penanganan yang dilakukan masih bersifat sementara dan darurat. Salah satunya dengan menguruk bagian yang berlubang agar aliran air bisa berjalan sebagaimana mestinya dan tidak melalui lokasi longsor.

7.        Berdasar pemantauan pada minggu ketiga pasca bencana, yaitu hari Rabu, tanggal 26 Januari 2011, kondisi lokasi tanah longsor terlihat makin mengkhawatirkan. Menyusul hujan deras yang terus mengguyur, langkah penanggulangan sementara yang sudah dilakukan ternyata tidak membuahkan hasil maksimal, karena, penggerusan tanah di lokasi longsor masih terus terjadi. "Di bagian utara (bawah dapur dan tempat wudhu), penggerusan sangat terlihat jelas, sehingga, dinding saluran air terlihat menggantung sekitar satu meter. Selain di bagian utara, penggerusan kecil juga terlihat di sejumlah bagian longsor. Hal ini tampak dari adanya bekas aliran air di tebing yang longsor tersebut. Tanah di tebing yang longsor terlihat turun ke bawah sedikit demi sedikit.

8.        Tepat minggu ketiga pasca longsor, yaitu hari Jum’at, tanggal 28 Januari 2011, apa yang dikhawatirkan selama ini, ternyata terjadi juga. Hujan lebat yang mengguyur kota Yogyakarta dan sekitarnya, hari itu, mengakibatkan musibah longsor kembali terjadi di tebing Masjid An-Nur Sidorejo, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, DIY. Seperti dikhawatirkan sebelumnya, derasnya arus air mengakibatkan sekitar 2 meter tebing di sebelah utara menjadi ambrol. Ambrolnya tebing ini mengakibatkan kondisi bangunan dapur dan tempat wudlu menjadi semakin terancam. Apalagi, bagian bawah bangunan tersebut sudah berlubang menganga, sehingga, bangunan dapur dan tempat wudlu terlihat menggantung atau berdiri tanpa penopang di bawahnya. Sehingga, dikhawatirkan, jika terjadi longsor lagi, bangunan ini pun akan benar-benar roboh.

9.        Berdasarkan pengecekan di lokasi pada sabtu, tanggal 29 Januari 2011 didapati lubang mengangga yang sangat membahayakan keberadaan bangunan dapur dan tempat wudlu. Agar bangunan dapur dan tempat wudlu tidak roboh, akhirnya, disepakati untuk melakukan upaya-upaya penanggulangan sementara. Terutama, untuk mengatasi derasnya arus air agar tidak lagi melalui lokasi longsor. Penanggulangan sementara pun akhirnya mulai dilakukan pada hari minggu (30/1) dengan memperbaiki saluran air di belakang bangunan dapur dan tempat wudlu. Selain perbaikan saluran, juga dilakukan pengurukan tanah dan penambalan bagian-bagian yang berlubang.

10.  Karena kondisinya makin mengkhawatirkan, Senin (31/1) Pemkab Bantul akhirnya memutuskan untuk memback-up penuh penanganan longsor di masjid An-Nur Sidorejo, dengan membangun talud baru. Keputusan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan memulai penggalian tanah sedalam 1 ,5 meter untuk pondasi talud pada esok harinya (1/2).