Jumat, 18 Februari 2011

Kiat Menulis Surat Pembaca untuk Masjid di Media Massa

Diakui atau tidak, rubrik Surat Pembaca yang ada di setiap media massa ternyata bisa dijadikan salah satu cara efektif untuk menggalang dukungan/bantuan bagi pelaksanaan kegiatan/pembangunan masjid dan musholla kita. Selain tidak banyak membuang waktu dan energi untuk berkeliling door to door, cakupan warga yang bisa diajak berpartisipasi juga lebih banyak dan luas (meliputi wilayah edar media massa tersebut).

Cara menggalang dukungan/bantuan dengan mengirim surat ke rubrik Surat Pembaca, selama ini, memang terlihat telah banyak dilakukan para pengurus Masjid/musholla di berbagai wilayah. Namun, seringkali, upaya tersebut ternyata tidak bisa mendatangkan hasil maksimal, karena, surat pembaca yang dituliskan tidak bisa efektif untuk mengetuk hati para pembaca/masyarakat umum.

Salah satu ketidakefektifan tersebut disebabkan kurang tepatnya pemilihan kata-kata yang digunakan dalam surat pembaca yang ditulis. Penggunaan kata-kata yang cenderung bersifat formal, biasanya, hanya akan dilewatkan begitu saja oleh para pembaca, karena, tidak mampu menyentuh atau berpengaruh terhadap perasaannya. Pembaca 'tidak mau' membaca karena merasa tidak terlibat dalam persoalan yang diungkap pada surat pembaca tersebut.

Karenanya, diperlukan kiat-kiat khusus agar surat pembaca tersebut bisa benar-benar mengetuk hati pembaca. Memang tidak ada patokan pasti dalam menulis surat pembaca. Namun, ada baiknya kita melakukan langkah-langkah khusus agar surat pembaca kita bisa lebih efektif.

Namun, sebelumnya, sebagai contoh, kita ambil surat pembaca yang pernah dikirim Panitia Pembangunan Talud/Rehabilitasi Bencana Alam Masjid An Nur Sidorejo, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul ini. Surat pembaca ini dimuat di Rubrik Pikiran Pembaca Harian Kedaulatan Rakyat, tanggal 20 Januari 2011:

Selamatkanlah Masjid Kami!


Hari Kamis (6/1) dan Jum’at (7/1), musibah melanda masjid kami, Masjid An-Nur Sidorejo, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, DIY.Menyusul hujan deras yang mengguyur kawasan kami, tebing di depan masjid menjadi LONGSOR. Akibatnya talud sepanjang lebih dari 36 meter (setinggi 11 meter) yang selama ini menjadi pengaman bagi keberadaan masjid An-Nur pun ambrol.

Di bagian utara (tempat wudhu dan dapur), jarak longsor dengan bangunan bahkan tinggal setengah meter, sehingga, jika ada longsor susulan, --bukan tidak mungkin--bangunan itu pun akan ROBOH.

Sejak longsornya talud itu, kami, jamaah dan masyarakat di sekitar masjid terus merasa WAS-WAS. Apalagi, hujan deras masih terus terjadi dan mengguyur kawasan kami. Khawatir akan terjadi longsor susulan, sehingga,bangunan utama masjid pun menjadi roboh.

Jika hal itu terjadi, masyarakat -terutama kaum muslim- di Sidorejo, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul terancam akan KEHILANGAN TEMPAT BERIBADAH. Tempat berpasrah dan menyerahkan diri pada Yang MahaKuasa. Allah SWT. Tempat menegakkan ajaran agama Islam.

Haruskah hal itu terjadi? padahal, untuk memperbaiki atau membangun kembali talud tersebut, kami tidak punya cukup dana. Hanya doa yang bisa kami panjatkan : YA ALLAH, SELAMATKANLAH RUMAH-MU.. SELAMATKANLAH MASJID KAMI..

Hingga kini, kami hanya bisa melakukan langkah penanggulangan dengan seadanya, terutama untuk menanggulangi agar longsor susulan tidak merobohkan masjid kami. Kami sangat berharap dukungan dan bantuan berbagai pihak –dalam bentuk apapun--, agar talud tersebut bisa segera dibangun kembali. Sehingga, masjid kami bisaterselamatkan dan kami pun bisa kembali tenang menjalankan ibadah sebagai umat muslim.

Jika anda terketuk untuk membantu menyelamatkan rumah Allah tersebut, bantuan bisa disalurkan ke :

Panitia Pembangunan Talud/ Rehabilitasi Bencana Alam
Masjid An-NurSidorejo, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, DIY.

Sekretariat : Masjid An-NurSidorejo, Ngestiharjo, Kasihan. Bantul 55182.
CP: AtmamWinarto (0811258164), S JokoYuwono (081328198630), WiwikSusilo (08122768292).

atau ke :


Nomor Rekening : BCA NO. 169.180.6869 a/n Atmam Winarto Atau Rek. Bank Mandiri No. 1370004394157 a/n Atmam Winarto

Terimakasih atas perhatian dan dukungannya. Semoga menjadi amal ibadah kita semua dan mendapat balasan setimpal dari Allah SWT. Amien.



Panitia Pembangunan Talud/ Rehabilitasi Bencana Alam
Masjid An-Nur Sidorejo, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, DIY
Ir. Atmam Winarto (Ketua)/0811258164
Wiwik Susilo (Sekretaris)/08122768292
Sekretariat: Masjid An-NurSidorejo, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul 55182
Email: wiwiksa@yahoo.com,
info lengkap : http://www.saveourmosque.blogspot.com



Melihat surat pembaca di atas, terlihat adanya beberapa hal yang bisa kita jadikan sebagai kiat untuk menulis surat pembaca yang lebih efektif:

1. Pemilihan kata yang tepat dan menimbulkan efek 'melibatkan' pembaca dalam persoalan yang kita hadapi.

Sebagai contoh, judul surat pembaca di atas sengaja dipilih "Selamatkanlah Masjid Kami!", bukan "Mohon Bantuan untuk Masjid Kami!", karena, ternyata kata 'selamatkanlah' terlihat lebih melibatkan emosi dan perasaan pembaca, daripada kata 'mohon bantuan'.

Pembaca seringkali sudah malas membaca isi surat pembaca yang berjudul "mohon bantuan", karena, sudah bisa mengira-ngira isinya dan diperkirakan tidak akan menimbulkan manfaat baginya. Selain itu, kata 'mohon bantuan" memberikan jarak antara penulis dan pembaca (pembaca tidak merasa terlibat dalam persoalan). "Ah, paling isinya orang minta sumbangan," begitu kira-kira reaksi pembaca saat membaca surat pembaca berjudul "Mohon Bantuan". Bandingkan, dengan reaksi pembaca saat mendengar atau membaca kata "Selamatkanlah". Namun, Tidak hanya kata "Selamatkanlah", anda juga bisa menggunakan kata lain yang bisa lebih menyentuh perasaan pembaca.

2. Kemukakan persoalan yang sedang dihadapi dengan sejelas-jelasnya, terutama terkait latar belakang dan dampaknya. Harus diingat, latar belakang dan dampak yang dikemukakan harus berdasar pada kenyataan di lapangan, bukan hal yang dibuat-buat atau dibesar-besarkan.

Dalam surat pembaca Masjid An Nur di atas, latar belakang persoalan dikemukakan dalam paragraf awal. Yaitu, tentang terjadinya bencana tanah longsor hingga dampaknya yang mengancam keberadaan masjid (sertai data hari/tanggal terjadinya bencana agar terlihat lebih menyakinkan).

Aspek dampak perlu dikemukakan di sini, selain lebih memperjelas, juga agar pembaca mengetahui manfaat yang bisa diambil jika ia ikut membantu. Yaitu, menyelamatkan saudara-saudaranya dari ancaman kehilangan tempat beribadah. Sungguh sebuah perbuatan mulia yang tentu saja akan mendapatkan balasan setimpal dari Allah SWT.

3. Kemukakan hal-hal yang sudah kita lakukan.

Misalnya, perkembangan pembangunan masjid, proses penanggulangan bencana yang menimpa masjid dan sebagainya, agar pembaca bisa mengetahui bahwa para jamaah sudah melakukan upaya-upaya maksimal untuk menyelamatkan masjidnya, namun, masih belum bisa optimal akibat berbagai kendala, terutama pendanaan. Pembaca juga akan mengetahui, jika kepedulian yang diberikan hanya bersifat "membantu" bukan yang "utama", karena, mereka biasanya tidak menyukai orang yang hanya menggantungkan pada "bantuan" orang lain, tanpa berusaha apapun.

4. Sertakan data dan alamat panitia untuk mempermudah masyarakat memberikan bantuan. Terutama nomor rekening bank, karena, tidak semua pembaca berkesempatan datang ke sekretariat panitia untuk memberikan bantuan secara langsung.

5. Jangan lupa, pada bagian akhir isi surat, sertakan ucapan terima kasih atas bantuan dan kepedulian para pembaca terhadap nasib masjid kita.

6. Pada bagian akhir, tuliskan nama, alamat, serta nomor kontak orang-orang yang bertanggungjawab atas surat pembaca yang ditulis. Jika ada, sertakan nomor handphone dan alamat e-mail/web, agar pembaca lebih yakin.

7. Setelah semua ditulis, tentu saja, kirim ke Redaksi Media Massa, dengan menuliskan rubrik yang diinginkan pada bagian kiri amplop. Jangan lupa sertakan foto kopi KTP salah satu panitia, karena, biasanya, hal ini diminta oleh pihak redaksi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Bisa dikirim langsung ke kantor redaksi, bisa juga melalui pos.

8. Salah satu hal yang seringkali dilupakan adalah menyertakan surat pengantar untuk redaksi media massa terkait surat pembaca yang kita kirimkan. Istilahnya, kulanuwun atau permisi pada pemimpin redaksi media itu.

Jadi, ada dua surat yang kita kirim, meski akhirnya hanya satu surat yang akan dimuat, yaitu bagian surat pembaca. Surat pengantar ini berisi permohonan bantuan pada pimpinan redaksi media massa bersangkutan untuk memuat surat yang kita kirim di media yang dipimpinnya. Sekaligus ucapan terima kasih pada pihak media massa, karena, telah bersedia memuat surat pembaca kita.

9. Jika semua langkah sudah dilakukan, kita harus bersabar hingga surat pembaca kita dimuat, karena, bukan kita saja yang mengirim surat pembaca ke media tersebut. Karena banyaknya surat pembaca yang datang ke redaksi, kita pun harus mengantri. Berdasar pengalaman, surat pembaca biasanya dimuat 3-5 hari setelah dikirim. Namun, bisa juga kurang dari waktu tersebut.

Nah, belajar dari surat pembaca Masjid An Nur tersebut, ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar surat pembaca kita bisa lebih efektif. Namun, ini sekedar sharing pengalaman saja lho. Anda atau pihak lain mungkin saja mempunyai kiat lain untuk keperluan ini. Silakan saja. Namun, jika tidak berkeberatan, tidak ada salahnya jika anda juga bersedia membagi kiat anda pada takmir masjid/musholla lain demi kemaslahatan bersama. Kita tunggu.

Penulis :
Wiwik Susilo
(Sekretaris Panitia Rehabilitasi Bencana Alam Masjid An Nur Sidorejo, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul DIY)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar