Senin, 31 Januari 2011

Laporan Perkembangan Penanganan Musibah Tanah Longsor di Masjid An-Nur Sidorejo Hingga Tanggal 30 Januari 2011

1. Musibah longsor pertama kali terjadi pada hari Kamis, tanggal 6 Januari 2011, sekitar pukul 16.00 wib, yang menyebabkan talud masjid An-Nur Sidorejo ambrol sekitar 29 meter dengan ketinggian 11 meter. Longsor ini menyebabkan pagar masjid menjadi ambrol dan kondisi bangunan utama masjid menjadi terancam. Pada bagian utara, longsor bahkan sudah mencapai 0,5 meter dari bangunan dapur dan tempat wudlu, sehingga dikhawatirkan jika terjadi longsor susulan, bangunan tersebut akan roboh.

2. Longsor kedua terjadi pada pagi harinya, Jum’at, tanggal 7 Januari 2011, sekitar pukul 07.00 wib, yang menyebabkan talud ambrol bertambah 7 meter. Sehingga, pada hari Jum’at tersebut, talud Masjid An-Nur Sidorejo yang longsor bertambah menjadi sepanjang 36 meter dengan ketinggian 11 meter.

3. Sebagai antisipasi, dilakukan upaya penanganan sementara mulai hari Jum’at tanggal 7 Januari 2011 dengan kerjabakti warga dan anggota TNI. Agenda kerjabakti adalah pembersihan lokasi longsor. Dilanjutkan pada hari minggu tanggal 9 Januari 2011 dengan kerjabakti warga. Agendanya, melanjutkan pembersihan lokasi longsor, menyelamatkan bahan-bahan bangunan yang masih bisa dipakai dan memasang bambu sebagai penyangga lokasi longsor untuk mengantisipasi longsor susulan.

4. Bersamaan dengan langkah tersebut, kami juga mulai melakukan upaya penggalangan bantuan dari masyarakat dan pihak luar, dengan harapan bisa mencukupi untuk membangun atau memperbaiki talud sebagaimana mestinya. Termasuk dengan mengirim surat pembaca ke media lokal di Yogyakarta dan media online lainnya. Dana yang diperlukan mencapai Rp. 130 Juta Rupiah. Namun, hingga kini, jumlah dana yang terkumpul baru mencapai sekitar Rp. 20 Juta atau masih jauh dari kebutuhan untuk melakukan pembangunan talud secara mandiri.

5. Akibat belum mencukupinya dana, hingga sepekan pasca bencana, lokasi musibah tanah longsor masjid An-Nur terlihat masih terbengkalai. Kondisi ini tentu saja sangat mengkhawatirkan, karena, hujan deras masih sering mengguyur kawasan Yogyakarta dan sekitarnya sehingga bisa menyebabkan longsor susulan dan mengancam keberadaan bangunan utama masjid.

6. Kondisi serupa juga terjadi hingga pekan kedua pasca bencana. Dana yang terkumpul masih belum mencukupi, sehingga, penanganan yang dilakukan masih bersifat sementara dan darurat. Salah satunya dengan menguruk bagian yang berlubang agar aliran air bisa berjalan sebagaimana mestinya dan tidak melalui lokasi longsor.

7. Berdasar pemantauan pada minggu ketiga pasca bencana, yaitu hari Rabu, tanggal 26 Januari 2011, kondisi lokasi tanah longsor terlihat makin mengkhawatirkan. Menyusul hujan deras yang terus mengguyur, langkah penanggulangan sementara yang sudah dilakukan ternyata tidak membuahkan hasil maksimal, karena, penggerusan tanah di lokasi longsor masih terus terjadi. "Di bagian utara (bawah dapur dan tempat wudhu), penggerusan sangat terlihat jelas, sehingga, dinding saluran air terlihat menggantung sekitar satu meter. Selain di bagian utara, penggerusan kecil juga terlihat di sejumlah bagian longsor. Hal ini tampak dari adanya bekas aliran air di tebing yang longsor tersebut. Tanah di tebing yang longsor terlihat turun ke bawah sedikit demi sedikit.

8. Tepat minggu ketiga pasca longsor, yaitu hari Jum’at, tanggal 28 Januari 2011, apa yang dikhawatirkan selama ini, ternyata terjadi juga. Hujan lebat yang mengguyur kota Yogyakarta dan sekitarnya, hari itu, mengakibatkan musibah longsor kembali terjadi di tebing Masjid An-Nur Sidorejo, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, DIY. Seperti dikhawatirkan sebelumnya, derasnya arus air mengakibatkan sekitar 2 meter tebing di sebelah utara menjadi ambrol. Ambrolnya tebing ini mengakibatkan kondisi bangunan dapur dan tempat wudlu menjadi semakin terancam. Apalagi, bagian bawah bangunan tersebut sudah berlubang menganga, sehingga, bangunan dapur dan tempat wudlu terlihat menggantung atau berdiri tanpa penopang di bawahnya. Sehingga, dikhawatirkan, jika terjadi longsor lagi, bangunan ini pun akan benar-benar roboh.

9. Berdasarkan pengecekan di lokasi pada sabtu, tanggal 29 Januari 2011 didapati lubang mengangga yang sangat membahayakan keberadaan bangunan dapur dan tempat wudlu. Agar bangunan dapur dan tempat wudlu tidak roboh, akhirnya, disepakati untuk melakukan upaya-upaya penanggulangan sementara. Terutama, untuk mengatasi derasnya arus air agar tidak lagi melalui lokasi longsor. Penanggulangan sementara pun akhirnya mulai dilakukan pada hari minggu (30/1) dengan memperbaiki saluran air di belakang bangunan dapur dan tempat wudlu. Selain perbaikan saluran, juga dilakukan pengurukan tanah dan penambalan bagian-bagian yang berlubang.

Hadits Masjid

1). Keutamaan masjid dibandingkan tempat yang lainnya

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَحَبُّ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ مَسَاجِدُهَا وَأَبْغَضُ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ أَسْوَاقُهَا

Dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu- Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bagian negeri yang paling Allah cintai adalah masjid-masjidnya, dan bagian negeri yang paling Allah benci adalah pasar-pasarnya.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Masajid wa Mawadhi’ as-Shalah)

2). Keutamaan membangun masjid ikhlas karena Allah

imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

عَنْ عُثْمَانِ بْنَ عَفَّانَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ فِي الْجَنَّةِ مِثْلَهُ

Dari Utsman bin Affan -radhiyallahu’anhu- dia berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang membangun masjid ikhlas karena Allah maka Allah akan membangunkan baginya yang serupa dengannya di surga.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Masajid wa Mawadhi’ as-Shalah)

3). Tidak boleh membangun masjid di tanah pekuburan

Imam Muslim meriwayatkan di dalam Shahihnya :

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ أُمَّ حَبِيبَةَ وَأُمَّ سَلَمَةَ ذَكَرَتَا كَنِيسَةً رَأَيْنَهَا بِالْحَبَشَةِ فِيهَا تَصَاوِيرُ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أُولَئِكِ إِذَا كَانَ فِيهِمْ الرَّجُلُ الصَّالِحُ فَمَاتَ بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ مَسْجِدًا وَصَوَّرُوا فِيهِ تِلْكِ الصُّوَرَ أُولَئِكِ شِرَارُ الْخَلْقِ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Dari ‘Aisyah -radhiyallahu’anha- bahwa Ummu Habibah dan Ummu Salamah menceritakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai sebuah gereja yang mereka lihat di negeri Habasyah, di dalam gereja itu terdapat gambar-gambar. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya mereka itu apabila di antara mereka terdapat orang yang soleh yang meninggal maka mereka pun membangun di atas kuburnya sebuah masjid/tempat ibadah dan mereka memasang di dalamnya gambar-gambar untuk mengenang orang-orang soleh tersebut. Mereka itu adalah makhluk yang paling buruk di sisi Allah pada hari kiamat kelak.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Masajid wa Mawadhi’ as-Shalah)

4). Tidak boleh menyerupai Yahudi dan Nasrani

Imam Muslim meriwayatkan di dalam Shahihnya :

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَرَضِهِ الَّذِي لَمْ يَقُمْ مِنْهُ لَعَنَ اللَّهُ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ

Dari ‘Aisyah -radhiyallahu’anha- dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika beliau sedang menderita sakit yang membuatnya tidak bisa bangun -menjelang wafat, pen-, “Allah melaknat Yahudi dan Nasrani; mereka menjadikan kubur-kubur nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Masajid wa Mawadhi’ as-Shalah)

5). Larangan menjadikan kubur orang soleh sebagai tempat ibadah

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

عَنْ جُنْدَبِ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْلَ أَنْ يَمُوتَ بِخَمْسٍ وَهُوَ يَقُولُ إِنِّي أَبْرَأُ إِلَى اللَّهِ أَنْ يَكُونَ لِي مِنْكُمْ خَلِيلٌ فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَدْ اتَّخَذَنِي خَلِيلًا كَمَا اتَّخَذَ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا مِنْ أُمَّتِي خَلِيلًا لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ خَلِيلًا أَلَا وَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ كَانُوا يَتَّخِذُونَ قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ وَصَالِحِيهِمْ مَسَاجِدَ أَلَا فَلَا تَتَّخِذُوا الْقُبُورَ مَسَاجِدَ إِنِّي أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ

Dari Jundab -radhiyallahu’anhu-, dia berkata; Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda lima hari sebelum beliau meninggal, “Sesungguhnya aku berlepas diri kepada Allah bahwa aku tidak akan menjadikan seorang pun dari kalian sebagai kekasihku, karena sesungguhnya Allah ta’ala telah menjadikan aku sebagai kekasih-Nya sebagaimana Dia telah menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Nya. Kalau seandainya ku diijinkan untuk mengangkat seorang kekasih dari kalangan umatku, maka niscaya akan aku jadikan Abu Bakar sebagai kekasih. Ingatlah, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian biasa menjadikan kubur para nabi dan orang-orang soleh di antara mereka sebagai tempat ibadah, sesungguhnya aku melarang kalian melakukan hal semacam itu.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Masajid wa Mawadhi’ as-Shalah)

6). Menjaga kebersihan masjid dari kotoran

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْبُزَاقُ فِي الْمَسْجِدِ خَطِيئَةٌ وَكَفَّارَتُهَا دَفْنُهَا

Dari Anas bin Malik -radhiyallahu’anhu- dia berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Berludah di masjid adalah kesalahan dan peleburnya adalah dengan menguburkannya.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Masajid wa Mawadhi’ as-Shalah)

7). Boleh membawa anak kecil ke masjid

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَؤُمُّ النَّاسَ وَأُمَامَةُ بِنْتُ أَبِي الْعَاصِ وَهِيَ ابْنَةُ زَيْنَبَ بِنْتِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ

عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى عَاتِقِهِ فَإِذَا رَكَعَ وَضَعَهَا وَإِذَا رَفَعَ مِنْ السُّجُودِ أَعَادَهَا

Dari Abu Qatadah al-Anshari -radhiyallahu’anhu- dia berkata; Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengimami para sahabat sedangkan Umamah binti Abi al-’Ash -yaitu anak perempuan Zainab putri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- berada di atas bahunya. Apabila beliau ruku’ maka beliau meletakkannya dan apabila bangkit dari sujud maka beliau mengembalikannya.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Masajid wa Mawadhi’ as-Shalah)

8). Tidak mengganggu jama’ah yang lain dengan bau yang tak sedap (rokok dsb)

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَكَلَ مِنْ هَذِهِ الْبَقْلَةِ فَلَا يَقْرَبَنَّ مَسَاجِدَنَا حَتَّى يَذْهَبَ رِيحُهَا يَعْنِي الثُّومَ

Dari Ibnu Umar -radhiyallahu’anhuma- Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang memakan sayuran seperti ini maka janganlah dia mendekat ke masjid-masjid kami sampai baunya telah hilang.” Maksudnya adalah bawang (HR. Muslim dalam Kitab al-Masajid wa Mawadhi’ as-Shalah)

Sabtu, 29 Januari 2011

Yaahh.. Tebing Masjid An-Nur Longsor Lagi...

Hujan lebat yang mengguyur kota Yogyakarta dan sekitarnya, Jum'at (28/1) siang, mengakibatkan musibah longsor kembali terjadi di tebing Masjid An-Nur Sidorejo, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, DIY. Seperti dikhawatirkan selama ini, derasnya arus air mengakibatkan sekitar 2 meter tebing di sebelah utara menjadi ambrol.



Ambrolnya tebing ini mengakibatkan kondisi bangunan dapur dan tempat wudlu menjadi semakin terancam. Apalagi, bagian bawah bangunan tersebut sudah berlubang menganga, sehingga, bangunan dapur dan tempat wudlu terlihat menggantung atau berdiri tanpa penopang di bawahnya. Sehingga, dikhawatirkan, jika terjadi longsor lagi, bangunan ini pun akan benar-benar roboh.





"Saat hujan deras jum'at siang dan saya berada sendiri di masjid An-Nur, tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Dugaan saya, pasti tebing masjid longsor lagi, namun, tidak tahu bagian yang mana," kata Darussalam, pengelola masjid An-Nur.

Awalnya, Darussalam, yang biasa dipanggil Darmo, mengira, longsor terjadi di bagian selatan. Namun, nyatanya, longsor justru terjadi pada bagian utara, tepat di bawah bangunan dapur dan tempat wudlu. "Saya sangat terkejut saat mendapati tebing bagian utara sudah longsor dan membuat lubang besar di bawah bangunan dapur dan tempat wudlu," kata Darussalam. "Air sangat deras saat itu, sehingga, bagian tebing yang sudah tidak bertalud itu tidak mampu menahannya," tambahnya.


Berdasarkan pengecekan di lokasi pada sabtu (29/1) oleh Atmam Winarto (Ketua), Wiwik Susilo (sekretaris), Sudaryanto, Puji Widodo dan Gunawan (masing-masing dari seksi pembangunan) serta Darussalam (pengelola masjid sekaligus pembantu umum kepanitiaan) memang didapati lubang mengangga yang sangat membahayakan keberadaan bangunan dapur dan tempat wudlu. Ditambahkan Darussalam, "Kebocoran di bagian dapur dan tempat wudlu saat ini makin bertambah, berarti posisi retakan akibat pergeseran bangunan makin lebar."






Agar bangunan dapur dan tempat wudlu tidak roboh, akhirnya, disepakati untuk melakukan upaya-upaya penanggulangan sementara. Terutama, untuk mengatasi derasnya arus air agar tidak lagi melalui lokasi longsor. "Jika tidak, air akan terus menggerus tebing, sehingga, wilayah longsor akan makin meluas," kata Puji Widodo. "Saluran air harus segera diperbaiki, agar air liar tidak mengalir ke lokasi longsor, namun, bisa langsung ke arah bawah atau sungai," tambah Puji Widodo atau Kenthung.

Penanggulangan sementara pun akhirnya mulai dilakukan pada hari minggu (30/1) dengan memperbaiki saluran air di belakang bangunan dapur dan tempat wudlu. Selain perbaikan saluran, juga dilakukan pengurukan tanah dan penambalan bagian-bagian yang berlubang. "Semoga saja bisa meminimalisir ancaman robohnya bangunan dapur dan tempat wudlu," kata Puji. (*)

Kamis, 27 Januari 2011

Penyelamatan Masjid An-Nur Berpacu dengan Minimnya Dana dan Cuaca Tak Menentu

Tiga minggu sudah bencana longsor di Masjid An-Nur Sidorejo, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, DIY terjadi, hingga menyebabkan talud sepanjang 36 meter dan tinggi 11 meter ambrol dan mengancam keberadaan masjid. Namun, ternyata pihak panitia penyelamatan Masjid An-Nur Sidorejo belum bisa memperbaiki atau membangun kembali talud tersebut sebagaimana mestinya.


Penanggulangan yang dilakukan masih hanya sebatas penanganan sementara, seperti menyangga lokasi longsor dengan bambu agar tidak terjadi longsor susulan, memperbaiki saluran agar air tidak makin menggerus lokasi longsor dan sebagainya. Padahal, panitia harus berpacu dengan cuaca tidak menentu, yang bisa saja makin mengancam kondisi bangunan utama masjid.

"Hujan terus mengguyur wilayah ini, sehingga, perlu dilakukan penanganan segera agar kondisinya tidak makin mengkhawatirkan", kata H. Ayub Khan, Ketua RT 10 Sidorejo yang juga sie dana dalam kepanitiaan ini saat rapat tanggal 24 Januari lalu.

Berbagai upaya sudah dilakukan ke arah tersebut. Tetapi tampaknya pihak panitia bersabar masih harus bersabar agar bisa membangun talud tersebut. Jumlah yang diperlukan untuk membangun kembali talud tersebut diperkirakan mencapai Rp. 130 juta. Jumlah yang tentu saja tidak tergolong kecil.

Sejumlah bantuan memang sudah masuk ke pihak panitia, baik disalurkan langsung maupun melalui rekening panitia. Namun, jumlahnya masih belum mencukupi untuk segera membangun talud tersebut. "Kami mengucapkan banyak terima kasih pada pihak-pihak yang sudah peduli terhadap nasib masjid kami, semoga amal ibadahnya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT," tambah Atmam Winarto, ketua panitia.

Ditambahkan, "Kami juga masih menunggu tanggapan atau keputusan Pemkab Bantul atas surat permohonan bantuan, yang sudah dikirimkan oleh pihak kelurahan Ngestiharjo", tambah Atmam. Semoga saja pihak pemkab Bantul bisa mem-back up pembangunan talud tersebut, agar masjid An-Nur Sidorejo bisa terselamatkan. "Semoga saja bisa dialokasikan dari dana tak terduga, tapi prosesnya agak panjang. Jadi kita harus bersabar," kata H. Anwar Sanusi, Ketua Takmir masjid An-Nur Sidorejo yang juga menjadi penanggungjawab dalam kepanitiaan dalam rapat (24/1).

Sementara itu, berdasarkan pengecekan oleh Atmam Winarto (ketua), Gunawan (Sie Pembangunan) dan Wiwik Susilo (Sekretaris) di lokasi longsor, pada hari rabu (26/1), terlihat adanya penggerusan tanah di bagian utara, yang berdekatan dengan bangunan dapur dan tempat wudhu. Penggerusan terjadi karena derasnya air yang tidak bisa teralirkan dengan baik, akibat rusaknya saluran.




Upaya penanggulangan sebenarnya sudah pernah dilakukan dengan cara menguruk bagian yang berlubang, agar aliran air bisa berjalan sebagaimana mestinya dan tidak melalui lokasi longsor. Namun, urukan tanah tersebut ternyata juga ikut hanyut terbawa arus air, sehingga, penggerusan tanah pun tak bisa dihindari. "Di bagian bawah dapur dan tempat wudhu, penggerusan sangat terlihat jelas, sehingga, dinding saluran air terlihat menggantung sekitar satu meter," kata Gunawan, seksi pembangunan panitia.

Selain di bagian utara, penggerusan kecil juga terlihat di sejumlah bagian longsor. Hal ini tampak dari adanya bekas aliran air di tebing yang longsor tersebut. "Tanah di tebing yang longsor terlihat turun ke bawah sedikit demi sedikit," tambahnya. Kondisi-kondisi nyata seperti ini tentu saja menjadi dilema tersendiri bagi pihak panitia, karena, dituntut segera membangun kembali talud yang ambrol sehingga kondisi bangunan utama masjid dan penunjang lainnya bisa terselamatkan, namun, di sisi lain, hingga kini, pihak panitia masih kekurangan dana. (*)

Save Our Masjid (SOM)

Cipt. Faris JV
Album : Save Our Masjid
Munsyid : Justice Voice
http://liriknasyid.com


Save our masjid keep our hearts and our souls
Selamatkan generasi ini
Save our masjid keep our hearts and our souls
Untuk masa depan

#
Kau generasi muda janganlah engkau terlena
Habiskan waktu dengan percuma
Ikuti hawa nafsumu hanya tuk kepentingan dunia
Tanpa kau pikirkan akibatnya

##
Dan bersihkanlah diri bersihkanlah jiwa
Saat kau akan bersujud padaNya
Jangan biarkan dirimu terjerumus dalam dosa
Oh sayang hidupmu sia - sia

Bridge:
Kejarlah cita–citamu
Tapi jangan lupa sholatmu karna itu yang nomer 1
Untuk hidupmu

Mencari Sebuah Masjid (puisi oleh Taufiq Ismail)

Aku diberitahu tentang sebuah masjid,
yang tiang-tiangnya dari pepohon di hutan, fondasinya batu karang dan pualam pilihan
atapnya menjulang tempat bersangkutnya awan dan kubahnya tembus pandang,
berkilauan digosok topan kutub utara dan selatan
Aku rindu dan mengembara mencarinya.

Aku diberitahu tentang sepenuh dindingnya yang transparan,
dihiasi dengan ukiran kaligrafi Qur'an dengan warna platina dan keemasan
bentuk daun-daunan sangat teratur serta sarang lebah demikian geometriknya
ranting dan tunas berjalin bergaris-garis gambar putaran angin
Aku rindu dan mengembara mencarinya.

Aku diberitahu tentang sebuah masjid
yang menara-menaranya menyentuh lapisan ozon dan menyeru azan tak habis-habisnya membuat lingkaran mengikat pinggang dunia kemudian nadanya yang
lepas-lepas disulam malaikat jadi renda benang emas yang memperindah ratusan juta sajadah di setiap rumah tempatnya singgah
Aku rindu dan mengembara mencarinya.

Aku diberitahu tentang sebuah masjid
yang letaknya dimana bila waktu azan lohor engkau masuk kedalamnya
engkau berjalan sampai waktu ashar, tak kan capai saf pertama
sehingga bila engkau tak mau kehilangan waktu, bershalatlah di mana saja
di lantai masjid ini yang besar luar biasa
Aku rindu dan mengembara mencarinya

Aku diberitahu tentang ruangan disisi mihrabnya
yaitu sebuah perpustakaan tak terkata besarnya dan orang-orang dengan tenang membaca di dalamnya, di bawah gantungan lampu-lampu kristal terbuat dari berlian
yang menyimpan cahaya matahari, kau lihat bermilyar huruf dan kata masuk
beraturan ke susunan syaraf pusat manusia dan jadi ilmu berguna
di sebuah pustaka yang bukunya berjuta-juta terletak disebelah menyebelah masjid kita
Aku rindu dan mengembara mencarinya

Aku diberitahu tentang sebuah masjid
yang beranda dan ruang dalamnya tempat orang-orang bersila bersama dan
bermusyawarah tentang dunia dengan hati terbuka dan pendapat bisa berlainan
namun tanpa pertikaian dan kalaupun ada pertikaian bisalah diuraikan dalam simpul
persaudaraan sejati dalam hangat sajadah yang itu juga terbentang
di sebuah masjid yang sama
Tumpas aku dalam rindu. Mengembara mencarinya
Dimanakah dia gerangan letaknya?

Pada suatu hari aku mengikuti matahari
ketika dipuncak tergelincir sempat lewat seperempat kwadran turun ke barat dan
terdengar merdunya azan di pegunungan, dan akupun melayangkan pandangan
mencari masjid itu kekiri dan kekanan, ketika seorang tak kukenal membawa sebuah
gulungan, dia berkata "Inilah dia masjid yang dalam pencarian tuan"
dia menunjuk tanah ladang itu dan di atas lahan pertanian dia bentangkan secarik
tikar pandan kemudian dituntunnya aku ke sebuah pancuran
airnya bening dan dingin mengalir teraturan, tanpa kata dia berwudlu duluan.
Akupun di bawah air itu menampungkan tangan, ketika kuusap mukaku,
kali ketiga secara perlahan, hangat air yang terasa bukan dingin
Kiranya demikianlah air pancuran bercampur dengan air mataku yang bercucuran.

Benarkah kata Mosque (Masjid) berasal dari kata Mosquito (Nyamuk) ?

Di awal 2008 silam, Saya berbincang dengan salah satu siswa MA di Jakarta. Perbincangan itu berawal gara-gara tulisan Mosque di papan penunjuk arah di salah satu pondok modern di Tangerang. Sebut saja lelaki yang berbincang dengan Saya itu, Ahmad. Saat melihat tulisan yang Saya maksud tadi, tiba-tiba Ahmad menggerutu sembari mengeritik. “Huh, salah nih! Masjid kok ditulis mosque. Kalau masjid, ya tulis saja; masjid. Jangan mosque!”. Lebih kurang seperti itu gerutunya.

Setelah menyapa dan berkenalan dengannya, Saya tahu kalau dia berasal dari MA terbaik di Jakarta. Bahasa Inggris-nya unggul, matematika-nya jago, dan ekstrakurikuler-nya pun unggul. Tapi, itu sih kata dia.

Dengan sikap sok tahunya, dia menganggap tulisan 'Mosque' yang sering dipakai untuk menerjemahkan kata ‘Masjid’ ke dalam bahasa Inggris, sebagai kesalahan. Ahmad mengutip salah satu artikel yang pernah ia baca. Kata dia, mosque itu berasal dari bahasa Spanyol, yakni ‘mosquito’, yang berarti nyamuk.

Ia menambahkan, kata mosque ini berawal dari peristiwa Perang Salib. Kala itu, Raja Ferdinand yang beragama Nasrani hendak menyerang orang-orang Islam. Ia berkata kepada prajuritnya bahwa musuh yang akan dihadapinya ialah laksana nyamuk. “There are like mosquitoes”, mungkin demikian kira-kira perkataan Raja Ferdinand.

Kenapa umat Islam disebut laksana nyamuk?, karena umat Islam, kata Ferdinand, sangat banyak jumlahnya, dan tempat berkumpulnya orang-orang Islam ialah di masjid. Maka, kata yang pantas disandang umat Islam untuk tempat berkumpulnya ialah ‘mosque’. Inilah pendapat Ahmad tentang mosque yang berasal dari mosquito.

Bila orang awam mendengar itu pasti akan terpengaruh, seperti halnya Anda membaca tulisan ini hanya sepotong. Namun setelah Saya konfirmasi ke beberapa ahli bahasa dan merujuk berbagai literatur sejarah, argumen Ahmad pun gugur: 'mosque' bukan berasal dari kata 'mosquito'.

Setelah ditelusuri, kata mosque dan mosquito itu terdapat pada buku The Complete Idiot’s Guide to Understanding Islam. Dan isi bukunya pun bukan sesuai dengan judulnya. Lihat situs: www.dailytimes.com.pk/default.asp?page=story_9-2-2003_pg3_7.

Untuk mengetahui makna kata mosque dan mosquito, kita harus menggunakan etimologi. Bila dirunut dari ilmu tersebut, tidak ada hubungan semantik antara kedua kata tersebut. Kata ‘mosque’ (bahasa Inggris) yang berarti masjid, sudah muncul sejak tahun 1400. Bahkan, itu pun berasal dari bahasa Itali; ‘moschea’. Namun di sisi lain, kamus bahasa Inggris popular semacam Oxford’s New English Dictionary & Miriam-Webster’s News Internationa; Dictionary, melaporkan, penggunaan kata ‘mosqued’ ada sejak tahun 1902. Untuk lebih jelas, silakan cek listserv.linguistlist.org/cgi-bin/wa?A2=…arabic-l&P=1505.

Kepada Ahmad, dan beberapa pembaca yang masih menganggap ‘mosque’ (berbahasa Inggris) berasal dari kata ‘mosquito’ yang berarti nyamuk, merupakan kesalahan fatal. Mosque (berbahasa Inggris) yang berarti masjid, dalam bahasa Spanyol-nya ialah ‘mezquita’, bukan ‘mosquito’! Adapun ‘mosquito’ yang berarti nyamuk, dalam bahasa Spanyolnya adalah ‘mosca’.

Para pembaca budiman, Saya memang bukan ahli bahasa. Namun ketika seseorang menghadapi masalah kebahasaan, kita harus tanggap dan bertabayyun. Cari dan gali informasi sebenarnya, jangan asal dengar. Inilah yang pernah Saya sampaikan, beramal itu harus ilmiah. Tulisan ini tidak murni dari pemikiran sendiri, namun sehari Saya mendengar ucapan Ahmad, Saya pun berusaha memecahkan masalah itu. Mohon maaf tak terhingga atas kesalahan dan kekurangan tulisan ini. Wallahu A’lam.


(tulisan kang Taqi, dipublikasikan di kommabogor.wordpress.com/2009/02/17)

Rabu, 26 Januari 2011

"Longsor Masjid An-Nur Sidorejo Perlu Penanganan Segera"

Terus turunnya hujan lebat, ternyata membuat pihak panitia Penyelamatan Masjid An-Nur Sidorejo harus berupaya keras untuk melakukan upaya-upaya penanggulangan, agar kondisi longsor tidak makin parah. Dari pengecekan di lokasi longsor, hari rabu petang (26/1), terlihat adanya penggerusan tanah di bagian utara, yang berdekatan dengan bangunan dapur dan tempat wudhu. Penggerusan terjadi karena derasnya air yang tidak bisa teralirkan dengan baik, akibat rusaknya saluran.

Upaya penanggulangan sebenarnya sudah pernah dilakukan dengan cara menguruk bagian yang berlubang, agar aliran air bisa berjalan sebagaimana mestinya dan tidak melalui lokasi longsor. Namun, urukan tanah tersebut ternyata juga ikut hanyut terbawa arus air, sehingga, penggerusan tanah pun tak bisa dihindari. "Di bagian bawah dapur dan tempat wudhu, penggerusan sangat terlihat jelas, sehingga, dinding saluran air terlihat menggantung sekitar satu meter," kata Gunawan, seksi pembangunan panitia.

Selain di bagian utara, penggerusan kecil juga terlihat di sejumlah bagian longsor. Hal ini tampak dari adanya bekas aliran air di tebing yang longsor tersebut. "Tanah di tebing yang longsor terlihat turun ke bawah sedikit demi sedikit," tambahnya.

Agar kondisi tidak makin parah, menurut Gunawan, perlu dilakukan upaya-upaya penanggulangan segera. "Terutama, dengan memperbaiki saluran, agar air liar tidak masuk ke lokasi longsor dan menyebabkan penggerusan," katanya.Namun, akibat kurangnya dana, langkah penanggulangan segera tersebut akan dilakukan secara darurat.

"Bagian belakang tempat wudhu yang jebol harus diuruk atau ditinggikan untuk mengatur aliran air. Selanjutnya, dibuatkan saluran ke arah bawah, sehingga, air liar tidak mengarah ke selatan atau depan masjid yang longsor," kata Gunawan lagi. Karenanya, ia akan segera berkoordinasi dengan seksi pembangunan lain, untuk memulai penanggulangan sementara tersebut. Karena dinilai sangat mendesak, rencananya, penanggulangan akan dilakukan sesegera mungkin. (*)

Minggu, 23 Januari 2011

"Sudah 2 Minggu Tapi Longsor di Masjid An-Nur Belum Tertangani"

Peristiwa tebing longsor di depan masjid An-Nur Sidorejo, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, DIY, memang sudah berlalu sejak dua minggu lalu. Namun, hingga kini, talud yang ambrol sepanjang 36 meter dan tinggi sekitar 11 meter ternyata belum juga tertangani.

Tidak banyak yang berubah dibanding dua minggu lalu, kecuali batu-batu bekas talud ambrol yang sudah tertata rapi di pinggir dan tiang-tiang bambu yang sudah dipasang untuk penanggulangan sementara longsor susulan.

"Penanggulangan memang baru bisa kami lakukan dengan seadanya, akibat kurangnya dana", kata Atmam Winarto, Ketua tim Penyelamatan Masjid An-Nur Sidorejo.

Berbagai upaya sebenarnya sudah dilakukan untuk melakukan penggalangan dana bagi pembangunan talud tersebut, namun, hasilnya belum mencukupi untuk memulai pembangunan yang menelan biaya tak kurang dari Rp. 130 juta rupiah itu. Tak ayal, proses pembangunan talud pun belum bisa dimulai.

"Sampai saat ini, kami masih berusaha mencari kekurangan dana tersebut. Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada para donatur --baik institusi maupun pribadi-pribadi-- yang sudah berkenan menyalurkan bantuannya. Kami sangat berterima kasih atas bantuan dan perhatiannya pada nasib masjid kami," Kata Atmam Winarto.

Ditambahkan, sejumlah donatur menyalurkan bantuannya secara langsung kepada panitia, namun, sebagian lain mengirimkan bantuannya melalui rekening bank yang disediakan panitia. "Baik secara langsung maupun tidak, kami mengucapkan banyak terima kasih, semoga amal ibadahnya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT," kata Atmam.

Selain penggalangan dana pada para donatur, menurut Atmam, pihaknya juga masih menunggu konfirmasi dari pemkab Bantul terkait permohonan bantuan yang sudah diajukan oleh pihak kelurahan Ngestiharjo. "Pihak Kelurahan memang terlihat sangat peduli dengan nasib masjid An-Nur, dengan mengawal langsung permohonan bantuan rehabilitasi bencana tersebut ke pemkab Bantul. Kami sangat berterimakasih dan berharap bisa membuahkan hasil yang memuaskan", ujarnya. Apalagi, pihak pemkab Bantul --kabarnya-- juga sudah melakukan pengecekan langsung ke lokasi bencana dengan didampingi pihak kelurahan.

"Hujan masih terus mengguyur wilayah kami, sehingga, kami berharap talud bisa segera diperbaiki, agar tidak makin mengancam keberadaan Masjid An-Nur Sidorejo," kata Atmam. Karenanya, ia masih sangat berharap bantuan dari para donatur dalam bentuk apapun dan dari manapun, agar talud yang ambrol bisa segera diperbaiki. "Semoga masih ada pihak-pihak yang terketuk untuk ikut menyelamatkan rumah Allah tersebut," kata Atmam. Semoga. (*)

Sabtu, 22 Januari 2011

Inilah Surat Pembaca Kami di Harian Kedaulatan Rakyat (20/1) : "Selamatkanlah Masjid Kami!"

Hari Kamis (6/1) dan Jum’at (7/1), musibah melanda masjid kami, Masjid An-Nur Sidorejo, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, DIY.Menyusul hujan deras yang mengguyur kawasan kami, tebing di depan masjid menjadi LONGSOR. Akibatnya talud sepanjang lebih dari 36 meter (setinggi 11 meter) yang selama ini menjadi pengaman bagi keberadaan masjid An-Nur pun ambrol.

Di bagian utara (tempat wudhu dan dapur), jarak longsor dengan bangunan bahkan tinggal setengah meter, sehingga, jika ada longsor susulan, --bukan tidak mungkin--bangunan itu pun akan ROBOH.

Sejak longsornya talud itu, kami, jamaah dan masyarakat di sekitar masjid terus merasa WAS-WAS. Apalagi, hujan deras masih terus terjadi dan mengguyur kawasan kami. Khawatir akan terjadi longsor susulan, sehingga,bangunan utama masjid pun menjadi roboh.

Jika hal itu terjadi, masyarakat -terutama kaum muslim- di Sidorejo, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul terancam akan KEHILANGAN TEMPAT BERIBADAH. Tempat berpasrah dan menyerahkan diri pada Yang MahaKuasa. Allah SWT. Tempat menegakkan ajaran agama Islam.

Haruskah hal itu terjadi? padahal, untuk memperbaiki atau membangun kembali talud tersebut, kami tidak punya cukup dana. Hanya doa yang bisa kami panjatkan : YA ALLAH, SELAMATKANLAH RUMAH-MU.. SELAMATKANLAH MASJID KAMI..

Hingga kini, kami hanya bisa melakukan langkah penanggulangan dengan seadanya, terutama untuk menanggulangi agar longsor susulan tidak merobohkan masjid kami. Kami sangat berharap dukungan dan bantuan berbagai pihak –dalam bentuk apapun--, agar talud tersebut bisa segera dibangun kembali. Sehingga, masjid kami bisaterselamatkan dan kami pun bisa kembali tenang menjalankan ibadah sebagai umat muslim.

Jika anda terketuk untuk membantu menyelamatkan rumah Allah tersebut, bantuan bisa disalurkan ke :

Panitia Pembangunan Talud/ Rehabilitasi Bencana Alam
Masjid An-NurSidorejo, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, DIY.

Sekretariat : Masjid An-NurSidorejo, Ngestiharjo, Kasihan. Bantul 55182.
CP: AtmamWinarto (0811258164), S JokoYuwono (081328198630), WiwikSusilo (08122768292).

atau ke :


Nomor Rekening : BCA NO. 169.180.6869 a/n Atmam Winarto Atau Rek. Bank Mandiri No. 1370004394157 a/n Atmam Winarto

Terimakasih atas perhatian dan dukungannya. Semoga menjadi amal ibadah kita semua dan mendapat balasan setimpal dari Allah SWT. Amien.


Panitia Pembangunan Talud/ Rehabilitasi Bencana Alam
Masjid An-Nur Sidorejo, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, DIY
Ir. Atmam Winarto (Ketua)/0811258164
Wiwik Susilo (Sekretaris)/08122768292
Sekretariat: Masjid An-NurSidorejo, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul 55182
Email: wiwiksa@yahoo.com,
(seperti dimuat di Rubrik Pikiran Pembaca Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta, tanggal 20 Januari 2011)

Kewajiban Sholat Ber-Jamaah di Masjid

Banyak dari kalangan umat Islam saat ini yang meremehkan shalat berjamaah. Sebagian diantara mereka tidak mengetahui hukum-hukum Sholat Berjama'ah karena memang kurangnya sumber Ilmu yang terpercaya dan sebagian lagi karena tidak pernah peduli dengan ajaran Islam itu sendiri.

Pada kesempatan kali ini, marilah kita yang belum mengetahui perkara ini dengan sebab apapun untuk menundukkan hati kita, untuk mempelajari Syariat Islam dengan baik dan benar serta diamalkan sekuat daya upaya yang kita miliki.

Tulisan ini berusaha menjelaskan mengenai hukum-hukum tentang wajibnya shalat berjama’ah, karena sekali lagi kita ingatkan diri kita bahwa sebenarnya masalah ini adalah masalah yang teramat penting sebagaimana masalah-masalah lainnya yang terdapat dalam web site ini. Wallahu A'lam

Alloh Subhanallohu wa Ta’ala banyak menyebut kata "shalat" dalam Al Qur’anul Karim. Ini menandakan begitu penting perkara ini. Alloh Subhanallohu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: "Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk."(QS. Al Baqarah: 43)

Ayat mulia ini merupakan nash tentang kewajiban shalat berjamaah. Dan dalam surat An- Nisa’ Alloh Subhanallohu wa Ta’ala berfirman yang artinya: "Dan apabila kamu berada ditengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemu-dian apabila mereka (yang shalat besertamu) su-jud (telah menyempurnakan serekat), maka hen-daklah mereka dari belakangmu (untuk meng-hadapi musuh) dan hendaklah datang golongan kedua yang belum shalat, lalu bershalatlah me-reka denganmu , dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata…" (QS. An Nisa’: 102)

Pada ayat diatas Alloh Subhanallohu wa Ta’ala mewajibkan shalat berjamaah bagi kaum muslimin dalam keadaan perang. Bagaimana bila dalam keadaan damai ?!. Telah disebutkan diatas bahwa "..dan hendaklah datang segolongan kedua yang belum shalat, lalu bershalatlah bersamamu…". Ini adalah dalil bahwa shalat berjamaah adalah fardhu ‘ain, bukan fardu kifayah, ataupun sunnah. Jika hukumnya fardhu kifayah, pastilah gugur kewajiban berjamaah bagi kelompok kedua karena penunaian kelompok pertama. Dan jika hukumnya adalah sunnah, pastilah alasan yang paling utama adalah karena takut.

Dan dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: "Seorang laki-laki buta datang kepada Nabi dan berkata: "Wahai Rasulullah, aku tidak mempunyai pe-nuntun yang akan menuntunku ke Masjid. " Ma-ka dia minta keringanan untuk shalat dirumah, maka diberi keringanan. Lalu ia pergi, Beliau memanggilnya seraya berkata: "Apakah kamu mendengar adzan? Ya, jawabnya. Nabi berkata:"Kalau begitu penuhilah (hadirilah)!" (HR. Muslim)

Didalam hadits ini Rasululloh shallallahu ‘alaihi wassallam tidak memberikan keringanan kepada Abdullah bin Ummi Maktum radhiyallahu ‘anhu untuk shalat dirumahnya (tidak berjamaah) kendati ada alasan, diantaranya:

Keadaan beliau buta.
Tidak adanya penuntun ke Masjid.
Jauh rumahnya dari Masjid.
Adanya pohon-pohon kurma dan lain-lain yang ada diantara rumah beliau dan Masjid.
Adanya binatang buas di Madinah.
Tua umurnya dan telah lemah tulang-tulang-nya.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam telah bersabda, yang artinya: "Aku berniat memerintahkan kaum muslimin untuk mendirikan shalat. Maka aku perintahkan seorang untuk menjadi imam dan shalat bersama. Kemudian aku berangkat dengan kaum muslimin yang membawa seikat kayu bakar menuju orang-orang yang tidak mau ikut shalat berjamaah, dan aku bakar rumah-rumah mereka." (HR. Bukhari & Muslim)

Hadits diatas telah menjelaskan bahwa tekad Rasululloh shallallahu ‘alaihi wassallam untuk membakar rumah-rumah disebabkan mereka tidak keluar untuk shalat berjamaah di masjid. Dan masih banyak lagi hadits yang menerangkan peringatan keras Rasulullah terhadap orang-orang yang tidak hadir ke masjid untuk berjamaah bukan semata-mata karena mereka meninggalkan shalat, bahkan mereka shalat di rumah-rumah mereka.

Ibnu Hajar berkata: "Hadits ini telah menerangkan bahwa shalat berjamaah adalah fardhu ‘ain, karena kalau shalat berjamaah itu hanya sunnah saja, Rasulullah tidak akan berbuat keras terhadap orang-orang yang meninggalkannya, dan kalau fardhu kifayah pastilah telah cukup dengan pekerjaan beliau dan yang bersama beliau."

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: "Engkau telah melihat kami, tidak sese-orang yang meninggalkan shalat berjamaah, kecuali ia seorang munafik yang diketahui nifaknya atau seseorang yang sakit, bahkan seorang yang sakitpun berjalan (dengan dipapah) antara dua orang untuk mendatangi shalat (shalat berjamaah di masjid). "Beliau menegaskan : "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam mengajarkan kita jalan-jalan hidayah, dan salah satu jalan hidayah itu adalah shalat di masjid (shalat yang diker-jakan di masjid)." (Shahih Muslim)

Ibnu Mas’ud juga mengatakan: "Barang siapa mau bertemu dengan Alloh Subhanallohu wa Ta’ala di hari akhir nanti dalam keadaan MUSLIM, maka hendaklah memelihara semua shalat yang diserukan-Nya. Alloh Subhanallohu wa Ta’ala telah menetapkan jalan-jalan hidayah kepada para Nabi dan shalat termasuk salah satu jalan hidayah. Jika kalian shalat dirumah maka kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian, dan kalian akan sesat. Setiap Lelaki yang bersuci dengan baik, kemudian menuju masjid, maka Alloh Subhanallohu wa Ta’ala menulis setiap langkahnya satu kebaikan, mengangkatnya satu derajat, dan menghapus satu kejahatannya. Engkau telah melihat dikalangan kami, tidak pernah ada yang meninggalkan shalat (berjamaah), kecuali orang munafik yang sudah nyata nifaknya. Pernah ada seorang lelaki hadir dengan dituntun antara dua orang untuk didirikan shaf."

Ibnu Mas’ud, Abdullah bin Abbas dan Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhuma berkata: "Barangsiapa yang mendengar adzan kemudian dia tidak mendatanginya tanpa udzur, maka tidak ada shalat baginya."

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhum berkata: "Tidak ada tetangga masjid kecuali shalat di masjid." Ketika ditanyakan kepada beliau: "Siapa tetangga masjid ?" Beliau menjawab: "Siapa saja yang mendengar panggilan adzan." Kemudian kata beliau: "Barangsiapa mendengar panggilan adzan dan dia tidak mendatanginya maka tidak ada shalat baginya, kecuali dia mempunyai udzur.

Meningggalkan shalat berjamaah merupakan salah satu penyebab untuk meninggalkan shalat sama sekali. Dan perlu diketahui bahwa meninggalkan shalat adalah kekufuran, dan ke-luar dari islam. Ini berdasar pada sabda Nabi, yang artinya: "Batas antara seseorang dengan kekufuran dan syirik adalah meninggalkan shalat." (HR. Muslim). "Janji yang membatasi antara kita dan orang-orang kafir adalah shalat. Barang siapa meninggalkannya, maka ia kafir."

Setiap muslim wajib memelihara shalat pada waktunya, mengerjakan shalat sesuai dengan yang disyariatkan Alloh Subhanallohu wa Ta’ala, dan mengerjakan secara berjamaah di rumah-rumah Alloh Subhanallohu wa Ta’ala. Setiap muslim wajib taat kepada Alloh Subhanallohu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, serta takut akan murka dan siksa Alloh Subhanallohu wa Ta’ala.

Tidak bisa dipungkiri shalat berjamaah mempunyai beberapa hikmah serta kemaslahatan. Hikmah yang tampak adalah:
Akan timbul diantara sesama muslim akan sa-ling mengenal dan saling membantu dalam kebaikan, ketaqwaan, dan saling berwasiat de-ngan kebenaran dan kesabaran.
Saling memberi dorongan kepada orang lain yang meninggalkannya, dan memberi penga-jaran kepada yang tidak tahu.
Menumbuhkan rasa tidak suka/membenci kemunafikan.
Memperlihatkan syiar-syiar Alloh Subhanallohu wa Ta’ala ditengah-tengah hamba-Nya.
Sarana dakwah lewat kata-kata dan perbuatan.

Hadits mengenai wajibnya shalat berjamaah dan kewajiban melaksanakannya di rumah Alloh Subhanallohu wa Ta’ala sangat banyak Oleh karena itu setiap muslim wajib memperhatikan, dan bersegera melaksanakannya. Juga wajib memberitahukan hal ini kepada anak-anaknya, keluarga, tetangga, dan seluruh teman-teman seaqidah agar mereka melaksanakan perintah Alloh Subhanallohu wa Ta’ala dan Rasul-Nya dan agar mereka takut terhadap larangan Alloh Subhanallohu wa Ta’ala dan Rasul-Nya dan agar mereka menjauhkan diri dari sifat-sifat orang munafik yang tercela, diantaranya malas mengerjakan shalat

(Sumber Rujukan: Ahammiyatus Shalatil Jamaah, Syarah Muslim oleh Imam Nawawi, Tafsir lbnu Katsir)

diposting : 2006-08-17 00:00:00
courtesy of www.mediamuslim.info

Profil Imam Masjid

Peran dan fungsi imam masjid yang sedemikian strategis dengan tugas-tugasnya yang amat penting membuat seorang imam harus memenuhi profil ideal. Tapi karena imam masjid kita umumnya baru sebatas bisa memimpin shalat berjamaah, maka tugas imampun baru sebatas itu. Kedudukannyapun akhirnya berada di bawah pengurus masjid, bahkan tidak sedikit yang hanya menjadi pegawai masjid yang sewaktu-waktu bisa diberhentikan oleh pengurus masjid. Oleh karena itu, ada beberapa sifat yang harus dimiliki oleh imam masjid.

1. RABBANI

Melaksanakan tugas-tugas imam merupakan upaya mewujudkan masyarakat yang rabbani, yakni masyarakat yang sikap dan perilakunya disesuaikan dengan nilai-nilai yang datang dari Allah sebagai rabb (tuhan). Harapan Allah agar manusia menjadi orang yang rabbani tergambar dalam firman-Nya yang artinya:

Tidak wajar bagi manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah," Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya" (QS 3:79).

Karena itu, nilai-nilai yang rabbani harus terlebih dahulu terwujud dalam diri seorang imam agar tidak terjadi kontradiksi antara pelaksanaan tugas yang dilakukan dengan sikap dan perilakunya sehari-hari, karena hal itu justeru akan mendatangkan kemurkaan dari Allah Swt, Allah berfirman yang artinya:

Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu katakan apa yang tidak kamu kerjakan, amat besar kemurkaan di sisi Allah.kepada orang yang mengatakan apa yang tidak dikerjakannya (QS 61:2-3).

2. IKHLAS

Dalam setiap amal, keikhlasan merupakan modal penting. Sebanyak dan sebesar apapun amal seseorang bila tanpa keikhlasan tidak ada nilai apa-apanya di sisi Allah Swt. Dengan keikhlasan, tugas-tugas yang berat akan terasa menjadi ringan, sementara tanpa itu, jangankan yang berat, yang ringan saja terasa menjadi berat. Bila fungsi imam hendak diwujudkan secara ideal, maka tugas imam menjadi terasa berat dan keikhlasan menjadi amat penting. Disamping itu, keikhlasan juga membuat seorang imam tidak bermaksud memperoleh keuntungan materi meskipun mungkin saja dia mendapatkan imbalan materi dengan sebab waktunya yang habis digunakan untuk kepentingan masjid sehingga dia tidak sempat lagi mencari kehidupan duniawi. Allah Swt berfirman yang artinya:

Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadanya dalam (menjalankan) agama dengan lurus (QS 98:5)

3. SHABAR

Keshabaran yang merupakan wujud dari menahan diri dari sikap dan perilaku emosional merupakan sesuatu yang amat diperlukan oleh seorang imam, apalagi tugas imam dalam menghadapi jamaah yang banyak dengan sikap dan perilaku yang beragam. Keshabaran Rasulullah Saw sebagai imam masjid membuat orang badui yang kencing di dalam masjid tidak dimarahinya secara emosional, karena memang orang itu tidak mengerti aturan, tapi justeru beliau mengarahkan di mana seharusnya seseorang membuang kotoran di lingkungan masjid itu. Begitu juga dengan sikapnya yang tetap lemah lembut dalam menghadapi anak-anak meskipun mereka agak "mengganggu" ketenangan beribadah, karena mereka harus menjadi orang yang senang berada di masjid untuk melaksanakan kegiatan yang positif. Allah Swt berfirman yang artinya:

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu (QS 3:159).

4. ADIL DAN BIJAKSANA

Tidak sedikit masjid yang menjadi lahan rebutan bagi kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat atau jamaahnya untuk menguasai guna mengembangkan pendapat dan pahamnya masing-masing, disamping itu terjadi juga konflik antara yang tua dengan yang muda, bahkan konflik kepentingan politik. Karena itu, imam harus bertindak adil dan bijaksana dalam menyikapi perbedaan kelompok dan berbagai kepentingan sehingga bisa mengarahkan masjid pada fungsi yang sebenar-benarnya yang salah satunya adalah sebagai pusat untuk memperkokoh ukhuwah Islamiyah, dari sini diharapkan terwujud sikap saling hormat menghormati dan menghargai perbedaan pendapat.

Selama jamaah memiliki maksud baik, dilakukan dengan cara-cara yang baik, maka seorang imam selalu berusaha menjembatani hubungan antar kelompok-kelompok dalam masyarakat, hal ini karena memecah-belah umat melalui masjid merupakan cara-cara yang dilakukan oleh orang-orang munafik, Allah Swt berfirman yang artinya: Dan (diantara orang-orang munafik itu) ada orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mu'min) dan karena kekafiran (nya), dan untuk memecah-belah antara orang-orang mu'min serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah:

"Kami tidak menghendaki selain kebaikan". Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya)" (QS 9:107).

5. JUJUR

Salah satu pilar penting yang harus tegak dalam kehidupan masyarakat Islam adalah kejujuran. Namun hal ini harus kita sadari sebagai sesuatu yang tidak terwujud dengan sendirinya, diperlukan proses yang sungguh-sungguh, karena itu imam masjid sangat dituntut untuk memiliki sifat jujur. Apabila seorang imam telah memiliki sifat jujur, maka apa yang menjadi pesan dan programnya diwujudkan juga dalam kehidupannya sehari-hari.

6. BERILMU

Dalam mengurus apapun, ilmu yang banyak dan wawasan yang luas amat diperlukan, apalagi dalam kapasitas sebagain imam yang harus memimpin dan membimbing masyarakat. Ilmu keislaman merupakan sesuatu yang mutlak untuk dipahami dan dikuasai dengan baik sehingga seorang imam tidak bingung dalam menyikapi, menanggapi dan menjawab masalah-masalah yang terkait dengan bidang keagamaan atau keislaman. Wawasan kontemporer atau masalah kekinian yang berkembang juga amat perlu untuk dipahami oleh seorang imam, karena dengan demikian, persoalan yang berkembang itu bisa disikapi tanpa harus melanggar nilai-nilai Islam bahkan justeru nilai-nilai Islam bisa memberi arah yang positif. Keharusan memiliki ilmu yang banyak dan wawasan yang luas juga adalah karena seorang imam tidak boleh sembarangan bertindak karena akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah Swt kelak, Allah Swt berfirman yang artinya:

Dan Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya (QS 17:36)

7. MENGUASAI KONSEP MANAJEMEN MASJID

Terwujudnya masjid yang makmur dan ideal merupakan tanggung jawab umat Islam secara bersama-sama, baik pengurus, imam maupun jamaah secara keseluruhan. Imam masjid punya peran yang sangat penting dalam upaya ini, karena itu, imam masjid seharusnya memahami dan menguasai konsep manajemen masjid sehingga dengan demikian ia bisa mengarahkan langkah pemakmuran masjid sebagaimana mestinya. Tanpa pemahaman terhadap konsep manajemen masjid akan membuat seorang imam tidak bisa melaksanakan tugas sebagaimana mestinya, dia tidak mengarahkan jamaah apalagi mengarahkan pengurus masjid dalam upaya memaksimalkan fungsi masjid. Keharusan seorang imam memahami konsep manajemen masjid bisa kita rujuk pada firman Allah pada surat 17:36 di atas.

8. MEMAHAMI JIWA JAMAAH

Imam masjid idealnya memahami jiwa jamaahnya yang beragam, baik beragam dari segi suku, paham keagamaan, latar belakang pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, usia dan sebagainya. Memahami jiwa jamaah ini akan membuat seorang imam bersikap dan bertindak yang bijaksana sehingga jamaahnya tetap mau aktif di masjid dalam upaya memakmurkannya, bukan malah menjauh dari masjid yang membuat masjidnya menjadi tidak makmur. Ketika Rasulullah Saw didatangi oleh seorang pemuda yang meminta dibolehkan melakukan perzinahan, para sahabat sangat marah pada pemuda itu, tapi Rasulullah Saw mencegah kemarahan sahabat agar tidak sampai pada tindakan yang bersifat fisik. Rasulullah justeru bertanya kepada pitu: "Bagaimana perasaanmu bila ibu atau saudara perempuanmu dizinahi orang lain?". Maka pemuda itupun menunjukkan ketidaksukaannya. Rasulullah kemudian bersabda: "Begitu pula halnya dengan saudara laki-laki atau bapak dari wanita yang akan engkau zinahi, dia tentu akan marah kepadamu".

9. TANGGAP

Imam masjid juga sangat dituntut untuk bersikap tanggap terhadap berbagai persoalan dan kejadian, baik di masjid maupun di lingkungan jamaahnya. Kalau mendengar apalagi mengetahui ada jamaah yang sakit atau menderita, maka imam masjid tanggap untuk menggerakkan pengurus dan jamaah guna memberikan pertolongan. Ketika ada jamaah yang nampak punya persoalan yang harus dibantu pemecahannya, maka imam masjid tanggap untuk melakukan pemecahan masalah jamaah masjid dan begitulah seterusnya. Rasulullah Saw memang sangat tanggap dalam menyikapi persoalan-persoalan jamaahnya.

10. SEJUK DAN BERWIBAWA

Dalam kehidupan masyarakat kita sekarang, sangat dibutuhkan adanya pemimpin dan pengayom masyarakat yang sejuk pembawaannya sehingga masyarakat memiliki kedekatan hubungan tanpa mengabaikan kewibawaan. Imam masjid idealnya memiliki sifat ini sehingga pendapat, kata-kata dan kebijakannya dipatuhi oleh jamaah karena mengandung nilai-nilai yang benar, bukan karena takut kepada pemimpin. Imam masjid memiliki kewibawaan karena kebenaran dan keshalehannya.

Sebagai seorang imam masjid, apa yang menjadi fatwa dari Rasulullah Saw selalu didengar dan dipatuhi. Ketika seorang sahabat Abdullah bin Ummi Maktum yang buta matanya minta keringanan agar dimaklumi atau dibolehkan untuk shalat di rumah, maka Rasulullah Saw menanyakan kepadanya : "apakah engkau mendengar azan?". Karena jawabannya "ya", maka Rasulullah tetap menekankan kepadanya untuk datang ke masjid guna menunaikan shalat berjamaah, dan Abdullah-pun terus mendatangi masjid guna pelaksanaan shalat berjamaah.

Demikian secara umum profil imam masjid yang perlu ditumbuhkan dan diperkokoh agar kelak imam-imam masjid kita menjadi imam yang ideal. Manakala kualitas imam tidak ditingkatkan, maka peran yang bisa dilaksanakannyapun akhirnya hanya sebatas memimpin shalat berjamaah.

Drs. H. Ahmad Yani
Email: ayani@indosat.net.id

*) Terima kasih bila anda ikut menyebarluaskan artikel ini - (Selasa, 25 April 2000)

Fungsi dan Peran Masjid

Hanyalah yang memakmurkan Masjid-Masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS 9:18, At Taubah)


PENGERTIAN MASJID

Masjid berarti tempat untuk bersujud. Secara terminologis diartikan sebagai tempat beribadah umat Islam, khususnya dalam menegakkan shalat. Masjid sering disebut Baitullah (rumah Allah), yaitu bangunan yang didirikan sebagai sarana mengabdi kepada Allah. Pada waktu hijrah dari Mekah ke Madinah ditemani shahabat beliau, Abu Bakar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati daerah Quba di sana beliau mendirikan Masjid pertama sejak masa kenabiannya, yaitu Masjid Quba (QS 9:108, At Taubah). Setelah di Madinah Rasulullah juga mendirikan Masjid, tempat umat Islam melaksanakan shalat berjama’ah dan melaksanakan aktivitas sosial lainnya. Pada perkembangannya disebut dengan Masjid Nabawi.

Fungsi Masjid paling utama adalah sebagai tempat melaksanakan ibadah shalat berjama’ah. Kalau kita perhatikan, shalat berjama’ah adalah merupakan salah satu ajaran Islam yang pokok, sunnah Nabi dalam pengertian muhaditsin, bukan fuqaha, yang bermakna perbuatan yang selalu dikerjakan beliau. Ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang shalat berjama’ah merupakan perintah yang benar-benar ditekankan kepada kaum muslimin.

Abdullah Ibn Mas’ud r.a. berkata: “Saya melihat semua kami (para shahabat) menghadiri jama’ah. Tiada yang ketinggalan menghadiri jama’ah, selain dari orang-orang munafiq yang telah nyata kemunafiqannya, dan sungguhlah sekarang di bawa ke Masjid dipegang lengannya oleh dua orang, seorang sebelah kanan, seorang sebelah kiri, sehingga didirikannya ke dalam shaff.” (HR: Al Jamaah selain Bukhory dan Turmudzy).

Ibnu Umar r.a. berkata: “Bersabdalah Rasulullah s.a.w.: “Shalat berjama’ah melebihi shalat sendiri dengan dua puluh tujuh derajad.” (HR: Bukhory dan Muslim).

Sebenarnya, inti dari memakmurkan Masjid adalah menegakkan shalat berjama’ah, yang merupakan salah satu syi’ar Islam terbesar. Sementara yang lain adalah pengembangannya. Shalat berjama’ah merupakan indikator utama keberhasilan kita dalam memakmurkan Masjid. Jadi keberhasilan dan kekurang-berhasilan kita dalam memakmurkan Masjid dapat diukur dengan seberapa jauh antusias umat dalam menegakkan shalat berjama’ah.

Meskipun fungsi utamanya sebagai tempat menegakkan shalat, namun Masjid bukanlah hanya tempat untuk melaksanakan shalat saja. Di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, selain dipergunakan untuk shalat, berdzikir dan beri'tikaf, Masjid bisa dipergunakan untuk kepentingan sosial. Misalnya, sebagai tempat belajar dan mengajarkan kebajikan (menuntut ilmu), merawat orang sakit, menyelesaikan hukum li'an dan lain sebagainya.

Dalam perjalanan sejarahnya, Masjid telah mengalami perkembangan yang pesat, baik dalam bentuk bangunan maupun fungsi dan perannya. Hampir dapat dikatakan, dimana ada komunitas muslim di situ ada Masjid. Memang umat Islam tidak bisa terlepas dari Masjid. Disamping menjadi tempat beribadah, Masjid telah menjadi sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman, pusat da’wah dan lain sebagainya.

Banyak Masjid didirikan umat Islam, baik Masjid umum, Masjid Sekolah, Masjid Kantor, Masjid Kampus maupun yang lainnya. Masjid didirikan untuk memenuhi hajat umat, khususnya kebutuhan spiritual, guna mendekatkan diri kepada Pencipta-nya. Tunduk dan patuh mengabdi kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Masjid menjadi tambatan hati, pelabuhan pengembaraan hidup dan energi kehidupan umat.

Utsman Ibn ‘Affan r.a. berkata: “Rasul s.a.w. bersabda: Barangsiapa mendirikan karena Allah suatu Masjid, niscaya Allah mendirikan untuknya seperti yang ia telah dirikan itu di Syurga.” (HR: Bukhori & Muslim).



BEBERAPA FUNGSI DAN PERAN MASJID

Masjid memiliki fungsi dan peran yang dominan dalam kehidupan umat Islam, beberapa di antaranya adalah:

1. Sebagai tempat beribadah

Sesuai dengan namanya Masjid adalah tempat sujud, maka fungsi utamanya adalah sebagai tempat ibadah shalat. Sebagaimana diketahui bahwa makna ibadah di dalam Islam adalah luas menyangkut segala aktivitas kehidupan yang ditujukan untuk memperoleh ridla Allah, maka fungsi Masjid disamping sebagai tempat shalat juga sebagai tempat beribadah secara luas sesuai dengan ajaran Islam.

2. Sebagai tempat menuntut ilmu

Masjid berfungsi sebagai tempat untuk belajar mengajar, khususnya ilmu agama yang merupakan fardlu ‘ain bagi umat Islam. Disamping itu juga ilmu-ilmu lain, baik ilmu alam, sosial, humaniora, keterampilan dan lain sebagainya dapat diajarkan di Masjid.

3. Sebagai tempat pembinaan jama’ah

Dengan adanya umat Islam di sekitarnya, Masjid berperan dalam mengkoordinir mereka guna menyatukan potensi dan kepemimpinan umat. Selanjutnya umat yang terkoordinir secara rapi dalam organisasi Ta’mir Masjid dibina keimanan, ketaqwaan, ukhuwah imaniyah dan da’wah islamiyahnya. Sehingga Masjid menjadi basis umat Islam yang kokoh.

4. Sebagai pusat da’wah dan kebudayaan Islam

Masjid merupakan jantung kehidupan umat Islam yang selalu berdenyut untuk menyebarluaskan da’wah islamiyah dan budaya islami. Di Masjid pula direncanakan, diorganisasi, dikaji, dilaksanakan dan dikembangkan da’wah dan kebudayaan Islam yang menyahuti kebutuhan masyarakat. Karena itu Masjid, berperan sebagai sentra aktivitas da’wah dan kebudayaan.

5. Sebagai pusat kaderisasi umat

Sebagai tempat pembinaan jama’ah dan kepemimpinan umat, Masjid memerlukan aktivis yang berjuang menegakkan Islam secara istiqamah dan berkesinambungan. Patah tumbuh hilang berganti. Karena itu pembinaan kader perlu dipersiapkan dan dipusatkan di Masjid sejak mereka masih kecil sampai dewasa. Di antaranya dengan Taman Pendidikan Al Quraan (TPA), Remaja Masjid maupun Ta’mir Masjid beserta kegiatannya.

6. Sebagai basis Kebangkitan Umat Islam

Abad ke-lima belas Hijriyah ini telah dicanangkan umat Islam sebagai abad kebangkitan Islam. Umat Islam yang sekian lama tertidur dan tertinggal dalam percaturan peradaban dunia berusaha untuk bangkit dengan berlandaskan nilai-nilai agamanya. Islam dikaji dan ditelaah dari berbagai aspek, baik ideologi, hukum, ekonomi, politik, budaya, sosial dan lain sebagainya. Setelah itu dicoba untuk diaplikasikan dan dikembangkan dalam kehidupan riil umat. Menafasi kehidupan dunia ini dengan nilai-nilai Islam. Proses islamisasi dalam segala aspek kehidupan secara arif bijaksana digulirkan.

Umat Islam berusaha untuk bangkit. Kebangkitan ini memerlukan peran Masjid sebagai basis perjuangan. Kebangkitan berawal dari Masjid menuju masyarakat secara luas. Karena itu upaya aktualisasi fungsi dan peran Masjid pada abad lima belas Hijriyah adalah sangat mendesak (urgent) dilakukan umat Islam. Back to basic, Back to Masjid.



AKTUALISASI FUNGSI DAN PERAN MASJID

Secara umum pengelolaan Masjid kita masih memprihatinkan. Apa kiranya solusi yang bisa dicoba untuk ditawarkan dalam meng-aktualkan fungsi dan peran Masjid di era modern. Hal ini selayaknya perlu kita pikirkan bersama agar Masjid dapat menjadi sentra aktivitas kehidupan umat kembali sebagaimana telah ditauladankan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para sahabatnya.

Kita perlu melakukan pemberdayaan Masjid dahulu sebelum mengoptimalkan fungsi dan perannya. Dalam pemberdayaan ini kita bisa menggunakan metode Continuous Consolidation and Improvement for Mosque (CCIM) atau Penguatan dan Perbaikan Berkelanjutan untuk Masjid .

CCIM adalah metode pemberdayaan Masjid dengan menata kembali organisasi Ta’mir Masjid melalui pemanfaatan segenap potensi yang dimiliki diikuti dengan perbaikan yang dilakukan secara terus menerus. Dalam metode ini kita dapat memanfaatkan metode-metode yang sudah dikenal dalam dunia management maupun mutu, seperti misalnya: Siklus PDCA, QC Tools, SAMIE, MMT, ISO 9000, Lima-R dan lain sebagainya.

Penguatan atau dalam istilah umum organisasi disebut konsolidasi (concolidation), adalah merupakan upaya menata sumber daya yang ada secara sistimatis dan terarah. Yang perlu dilakukan adalah meliputi:

a. Konsolidasi pemahaman Islam.

b. Konsolidasi lembaga organisasi.

c. Konsolidasi program.

d. Konsolidasi jama’ah.


Perbaikan (improvement) diperlukan untuk meningkatkan kinerja dalam memberikan pelayanan kepada jama’ah. Beberapa cara yang cukup efektif dalam upaya perbaikan dapat diseleksi dan disesuaikan dengan kebutuhan, agar upaya perbaikan dapat dilaksanakan secara berkelanjutan (continuous improvement).

Sambil melakukan konsolidasi dan perbaikan, aktivitas memakmurkan Masjid dan jama’ahnya dilaksanakan sesuai dengan fungsi dan peran yang telah disebutkan di depan. Aktivitas disusun dengan melakukan perencanaan Program Kerja secara periodik dan diterjemahkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Pengelolaan (RKAP) setiap tahunnya.

Rencana yang telah ditetapkan selanjutnya ditindak lanjuti dengan melakukan koordinasi segenap sumber daya yang dimiliki dan dilaksanakan secara profesional. Aktivitas yang diselenggarakan dilaporkan, dievaluasi, distandardisasi dan dikaji untuk ditingkatkan kualitas maupun kuantitasnya.

Pada masa sekarang Masjid semakin perlu untuk difungsikan, diperluas jangkauan aktivitas dan pelayanannya serta ditangani dengan organisasi dan management yang baik. Tegasnya, perlu tindakan meng-aktualkan fungsi dan peran Masjid dengan memberi warna dan nafas modern. Lokakarya idarah Masjid yang diselenggarakan di Jakarta oleh KODI DKI pada tanggal 9-10 November 1974 telah merumuskan pengertian istilah Masjid sebagai berikut: "Masjid ialah tempat untuk beribadah kepada Allah semata dan sebagai pusat kebudayaan Islam".

Pemahaman tersebut menunjukkan bahwa Masjid harus bebas dari aktivitas syirik dan harus dibersihkan dari semua kegiatan-kegiatan yang cenderung kepada kemusyrikan. Disamping itu kegiatan-kegiatan sosial yang dijiwai dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam dapat diselenggarakan di dalamnya.

Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. (QS 72:18, Al Jin).

Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS 9:18, At Taubah).

Pengertian Masjid sebagi tempat ibadah dan pusat kebudayaan Islam telah memberi warna tersendiri bagi umat Islam modern. Tidaklah mengherankan bila suatu saat, insya Allah, kita jumpai Masjid yang telah dikelola dengan baik, terawat kebersihan, kesehatan dan keindahannya. Terorganisir dengan management yang baik serta memiliki tempat-tempat pelayanan sosial seperti, poliklinik, Taman Pendidikan Al Quraan, sekolah, madrasah diniyah, majelis ta'lim dan lain sebagainya.


Sumber : Institute Manajemen Masjid

Dari Masjid Kita Bangkit

Masjid memiliki peran yang sangat besar dalam perkembangan dakwah Islam dan penyebaran syiar-syiar agama Islam. Di sanalah tempat didirikan sholat jama’ah dan berbagai kegiatan kaum muslimin. Seluruh manusia yang membawa perbaikan terhadap umat Islam ini, merupakan produk ‘jebolan pendidikan’ yang berawal mula dari masjid.

Keutamaan Masjid

Masjid merupakan sebaik-baik tempat di muka bumi ini. Di sanalah tempat peribadatan seorang hamba kepada Allah, memurnikan ibadahnya hanya untuk Allah semata. Dari sanalah titik pangkal penyebaran tauhid. Allah telah memuliakan masjid-masjid-Nya dengan tauhid. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah”. (QS. Al Jin: 18)

Tidak ada tempat yang lebih baik dari pada masjid Allah di muka bumi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tempat yang paling dicintai oleh Allah dalam suatu negeri adalah masjid-masjidnya dan tempat yang paling Allah benci adalah pasar-pasarnya.” (HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu ketika pernah ditanya, “Tempat apakah yang paling baik, dan tempat apakah yang paling buruk?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Aku tidak mengetahuinya, dan Aku bertanya kepada Jibril tentang pertanyaan tadi, dia pun tidak mengetahuinya. Dan Aku bertanya kepada Mikail dan diapun menjawab: Sebaik-baik tempat adalah masjid dan seburuk-buruk tempat adalah pasar”. (Shohih Ibnu Hibban)

Masjid adalah pasar akhirat, tempat bertransaksinya seorang hamba dengan Allah. Di mana Allah telah menawarkan balasan surga dan berbagai kenikmatan di dalamnya bagi mereka yang sukses dalam transaksinya dengan Allah.

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu mengatakan,“Masjid adalah rumah Allah di muka bumi, yang akan menyinari para penduduk langit, sebagaimana bintang-bintang di langit yang menyinari penduduk bumi”

Orang yang membangun masjid, ikhlas karena mengharap ganjaran dari Allah ta’ala akan mendapatkan ganjaran yang luar biasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang membangun suatu masjid, ikhlas karena mengharap wajah Allah ta’ala, maka Allah ta’ala akan membangunkan rumah yang semisal di dalam surga.” (Muttafaqun’alaihi)

Masjid dan Dakwah Islam

Dahulu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak berjihad, berperang melawan orang-orang kafir, sebelum beliau menyerang suatu negeri, beliau mencari apakah ada kumandang suara adzan dari negeri tersebut atau tidak. Apabila beliau mendegar adzan maka beliau tidak jadi menyerang, namun bila tidak mendengar maka beliau akan menyerang negeri tersebut. (Muttafaqun ’alaihi)

Hal ini menunjukkan bahwa syiar-syiar agama yang nampak dari masjid-masjid kaum muslimin merupakan pembeda manakah negeri kaum muslimin dan manakah negeri orang-orang kafir. Adanya masjid dan makmurnya masjid tersebut dengan berbagai syiar agama Islam, semisal adzan, sholat jama’ah dan syiar lainnya, merupakan ciri bahwa negeri tersebut begeri kaum muslimin. (Lihat ‘Imaratul Masajid, Abdul Aziz Abdullah Al Humaidi, soft copy hal. 4)

Memakmurkan Masjid

Di antara ibadah yang sangat agung kepada Allah ta’ala adalah memakmurkan masjid Allah, yaitu dengan cara mengisinya dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bentuk memakmurkan masjid bisa pemakmuran secara lahir maupun batin. Secara batin, yaitu memakmurkan masjid dengan sholat jama’ah, tilawah Al quran, dzikir yang syar’i, belajar dan mengajarkan ilmu agama, kajian-kajian ilmu dan berbagai ibadah yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sedangkan pemakmuran masjid secara lahiriah, adalah menjaga fisik dan bangunan masjid, sehingga terhindar dari kotoran dan gangguan lainnya. Sebagaimana diceritakan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memerintahkan manusia untuk mendirikan bangunan masjid di perkampungan, kemudian memerintahkan untuk dibersihkan dan diberi wangi-wangian. (Shohih Ibnu Hibban, Syuaib Al Arnauth mengatakan sanad hadits tersebut shahih sesuai syarat Bukhari)

Sholat Berjama’ah di Masjid

Salah satu syiar agama Islam yang sangat nampak dari adanya masjid Allah, adalah ditegakkannya sholat lima waktu di dalamnya. Ini pun merupakan salah satu cara memakmurkan masjid Allah ta’ala. Syariat Islam telah menjanjikan pahala yang berlipat bagi mereka yang menghadiri sholat jama’ah di masjid. Di sisi lain syariat memberikan ancaman yang sangat keras bagi orang yang berpaling dari seruan sholat berjama’ah.

Suatu ketika, tatkala tiba waktu sholat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkeinginan meminta seseorang untuk mengimami manusia, kemudian beliau pergi bersama beberapa orang dengan membawa kayu bakar. Beliau berkeinginan membakar rumah orang-orang yang tidak menghadiri sholat jama’ah. Hal ini menunjukkan bahwa sholat jama’ah di masjid adalah wajib, karena ada hukuman bagi mereka yang meninggalkannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalat seseorang (di masjid dengan berjama’ah) itu dilebihkan dengan 25 derajat dari shalat yang dikerjakan di rumah dan di pasar. Sesungguhnya jika salah seorang di antara kalian berwudhu kemudian menyempurnakan wudhunya lalu mendatangi masjid, tak ada keinginan yang lain kecuali untuk shalat, maka tidaklah ia melangkah dengan satu langkah pun kecuali Allah mengangkatnya satu derajat, dan terhapus darinya satu kesalahan…” (Muttafaqun ‘alaihi, dari shahabat Abu Hurairah)

‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Barangsiapa yang ingin berjumpa dengan Allah kelak dalam keadaan muslim, maka hendaklah dia menjaga sholat lima waktu tatkala dia diseru (dengan adzan). Sesungguhnya Allah telah mensyariatkan sebuah sunnah yang agung, dan sholat berjamaah adalah di antara sunnah tersebut. Seandainya kalian sholat di rumah-rumah kalian, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang belakangan, maka sungguh kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian. Jika kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian, maka sungguh kalian telah berada dalam kesesatan.” (HR. Muslim)

Setelah nampak di hadapan kita khabar tentang pahala bagi orang yang menghadiri sholat jama’ah di masjid, dan ancaman bagi orang yang tidak menghadirinya, lantas masih adakah rasa berat di dalam hati kita untuk melangkah memenuhi seruan adzan? Allahul Muwaffiq.

Keutamaan Orang-orang yang Perhatian terhadap Masjid

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, bahwa kelak di hari kiamat ada tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan pertolongan dari Allah ta’ala. Salah seorang di antaranya adalah para pecinta masjid. “Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan naungan dari Allah, tatkala tidak ada naungan selain naungan-Nya… Seseorang yang hatinya senantiasa terkait dengan masjid…” (Muttafaqun ‘alaihi).

Ibnu Hajar rahimahullahu menjelaskan makna hadits tersebut, “Hadits ini menunjukkan bahwa orang tersebut hatinya senantiasa terkait dengan masjid meskipun jasadnya terpisah darinya. Hadits tersebut juga menunjukkan bahwa keterkaitan hati seseorang dengan masjid, disebabkan saking cintanya dirinya dengan masjid Allah ta’ala”. (Lihat Fathul Bari)

Lalai dengan Pemakmuran Masjid

Banyak di antara kaum muslimin, sangat semangat dalam mendirikan dan membangun masjid. Mereka berlomba-lomba menyumbangkan banyak harta untuk mendirikan bangunan masjid di berbagai tempat, setelah masjid berdiri pun tidak lupa untuk menghiasnya dengan hiasan yang bermegah-megahan. Namun setelah bangunan beserta hiasan berdiri tegak, justru mereka tidak memanfaatkan masjid tersebut untuk solat jama’ah dan ibadah lainnya. Mereka sangka sumbang sih mereka dengan harta dan modal dunia tersebut sudah mencukupinya.

Saudaraku, memakmurkan masjid tidak semata-mata makmur secara fisik, memakmurkan masjid yang hakiki adalah dengan ketaatan kepada Allah, yaitu dengan sholat jama’ah, tilawah Al quran, pengajian-pengajian ilmiah dan lain sebagainya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhabarkan bahwa hal yang demikian merupakan salah satu tanda datangnya hari kiamat, “Tidaklah tegak hari kiamat sampai ada manusia yang bermegah-megahan dalam membangun masjid” (HR. Abu Dawud, dinilai shohih oleh Syaikh Al Albani)

Imam Al Bukhari rahimahullahu berkata dalam kitab shahihnya, Anas berkata, “Orang-orang bermegah-megahan dalam membangun masjid, mereka tidak memakmurkan masjid tersebut melainkan hanya sedikit. Maka yang dimaksud dengan bermegah-megahan ialah bersungguh-sungguh dalam memperindah dan menghiasinya”.

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata , “Sungguh kalian akan memperindah dan menghiasi masjid sebagaimana orang-orang Yahudi dan Nasrani memperindah dan menghiasi tempat ibadah mereka”. (HR. Bukhari, Kitab Ash-Shalah, Bab Bunyanil Masajid)

Renungkanlah, Back to basic!

Terlampau banyak penjelasan yang memaparkan keutamaan masjid sebagai benteng utama kekuatan kaum muslimin. Telah terbukti secara nash dan realita. Perjalanan hidup para pendahulu kita telah membuktikannya. Bukankah seluruh para ulama yang membawa perbaikan terhadap agama Islam adalah para pecinta masjid. Imam Malik rahimahullahu mengatakan, “Tidak akan pernah baik generasi akhir umat ini kecuali dengan perkara-perkara yang dengannya telah menjadi baik generasi awal umat Islam (yaitu generasi sahabat)”

Maka apabila kita menghendaki kejayaan dan kemenangan kaum muslimin, maka hendaklah kita menempuh jalan yang ditempuh oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat beliau radhiyallahu ‘anhum, yang mereka senantiasa perhatian terhadap masjid-masjid mereka, memakmurkan masjid-masjid Allah dengan ketaatan kepada-Nya. Mulialah dari masjid kita membangun umat ini, DARI MASJID KITA AKAN BANGKIT. Allahu A’laam bish showab.

[dikutip dari tulisan Hanif Nur Fauzi, dipublikasikan buletin At-Tauhid di www.buletin.muslim.or.id, tanggal 15 Juli 2010)

Hasil Survey Minat Shalat Berjamaah di Masjid

Fungsi utama masjid adalah untuk shalat berjamaah. Berapa peminat shalat berjamaah di masjid anda? Coba hitung dan hitung… apakah anda sudah termasuk?

Jika anda pernah menyerahkan sejumlah uang untuk panitia pembangunan masjid, atau anda pernah mengisi keropak masjid… maka, anda termasuk orang yang telah turut membangun masjid. Ya, tentu kita semua pernah turut membangun masjid, bukan? Bahkan tentu di antara kita ada yang telah turut membangun lebih dari sepuluh masjid. Alhamdulillah.

Selanjutnya, mari kita lihat masjid-masjid yang telah kita bangun dengan susah payah itu, apakah sudah berfungsi dengan baik?

Harus kita sadari bahwa fungsi utama masjid adalah untuk shalat berjamaah. Karena itu, tolak ukur untuk menilai fungsi masjid harus dilihat dari jumlah jamaah shalatnya.

Sejauh mana fungsi masjid yang telah kita bangun?
Jika kita membangun masjid berkapasitas 300 orang, dan jamaah Subuhnya hanya 9 orang, bagaimana menurut pendapat anda? Masih sangat jauh dari harapan, bukan? Tentu, jika begitu maka berarti fungsi masjid kita hanya 3%. Bisa dikatakan hampir tidak berfungsi… !! Ada sebanyak 291 (97%) orang tidak menggunakan masjid untuk shalat berjamaah.

Dalam rangka mengukur fungsi masjid berskala nasional, kami telah mengadakan kegiatan survey sebagai berikut:

Tujuan Survey
Mengetahui tingkat minat shalat berjamaah di masjid

Pertanyaan yang diajukan
(1) Di kota mana anda tinggal?
(2) Berapa orang jumlah jamaah Subuh di masjid dekat rumah anda?
(3) Berapa orang kapasitas masjid tersebut?

Waktu & Responden
Survey dilaksanakan bulan Maret 2010 terhadap penggemar halaman Shalat Sempurna on Facebook yang saat itu berjumlah 19.200 orang. Jumlah responden yang bersedia memberikan data 104 orang dari 57 kota sbb:

Bali, Balikpapan, Banda Aceh, Bandung, Banjarbaru (Kalsel), Bantul, Batam, Batang, Bau Bau, Bekasi, Bogor, Cianjur, Cirebon, Depok, Dumai, Garut, Gresik, Indramayu, Jakarta, Jember, Karanganyar, Klaten, Kuningan, Kutoarjo, Lampung, Lombok, Madiun, Majalengka, Makasar, Malang, Malil (Sulsel), Manado, Mojokerto, Muara Enim, Muntok, Palembang, Pandaan (Jatim), Pangkalan Bun, Pangkalpinang, Pekalongan, Pekanbaru, Pematangsiantar, Perawang, Pontianak, Semarang, Sidoarjo, Slawi, Solo, Sorong, Sukabumi, Surabaya, Tangerang, Tanjungpinang, Tarakan, Tegal, Tomohon, Yogyakarta

Pengolahan Data
Tingkat minat = (Jumlah jamaah Subuh / Kapasitas Masjid ) x 100%
Contoh : Jika jumlah jamaah Subuh 9 orang, kapasitas masjid 300 orang
Maka, tingkat minat = ( 9 / 300 ) x 100% = 3%

Tingkat minat 3% memiliki arti : jumlah peminat shalat jamaah ada 3 orang dari 100 orang yang diharapkan.

Berdasarkan rumus perhitungan seperti di atas, maka didapatkan hasil sbb:


















Kesimpulan
Sebagian besar masjid hanya memiliki jamaah di bawah 10%. Rata-rata tingkat minat shalat berjamaah di masjid di Indonesia masih sangat kecil (12%). Hanya ada 12 orang yang berminat shalat berjamaah di masjid dari 100 orang yang diharapkan.

Saran
Perlu dibentuk Gerakan Pembangunan Kebiasaan Shalat Berjamaah (GPKSB) di setiap masjid. Sudah adakah di masjid anda…….? ***



(dikutip dari www.akhmadtefur.com dipublikasikan tanggal 21 agustus 2010)

Saatnya untuk Ikut Memakmurkan Masjid

Sesungguhnya rumah-rumah Ku di bumi ialah masjid-masjid, dan para pengunjungnya adalah orang-orang yang memakmurkannya (Hadis Qudsi, riwayat Abu Na’im dari Sai’d al Khudri r.a.)

Masjid adalah “rumah” Allah. Dia sangat senang rumahNya dikunjungi. Setiap saat pintu rumahNya terbuka bagi siapa saja untuk datang berkunjung. Bahkan lima kali sehari dikumandangkan adzan, sebagai undangan untuk datang ke masjid. Namun seringkali “aku” tidak memenuhi undanganNya. “Aku” demikian angkuh, sombong, dan lalai, sehingga membiarkan begitu saja undangan demi undangan. Bahkan sedemikian sibuknya, sehingga tidak punya waktu untuk merenung: “Siapakah aku? Siapakah Yang Mengundang aku?”

Demikianlah, kadang kadang, bahkan seringkali, “sang aku” begitu angkuh. Seringkali melupakan siapa aku yang sebenarnya. Padahal aku seringkali membaca surat Yaasiin, namun belum tersentuh dengan maksud ayat 77:

Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa kami menciptakannya dari setitik air (mani), Maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata.(Yaasiin; 36 : 77)

Engkau telah menyerukan agar hamba Mu yang beriman masuk kedalam Islam secara kaaffah. Namun aku masih memilah-milah.

Sedangkan Yang Mengundang aku datang ke masjid adalah Allah, Pencipta, Pemilik dan Penguasa seluruh alam. Dia yang mengundang, adalah Dia Yang Maha Mengetahui, baik yang gaib maupun yang nyata, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Yang Maha Suci, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan, Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaulhusna, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Al-Hasyr; 59 : 22 – 24).

Kalaulah aku senantiasa memenuhi undangan Nya, tentulah aku akan dimuliakan. Karena Yang Mengundang adalah Dia Yang Maha Kaya lagi Maha Penyantun, Yang Maha Luas karuniaNya lagi Maha Mengetahui. Dia Yang Maha Pengasih, Maha Pemberi Rezqi, Yang Memiliki langit dan bumi beserta segala isinya, yang kepada Nya bergantung seluruh makhluk.

Masyaallah. Mengingat keangkuhan dan kelalaian itu, sudah sepantasnyalah aku menyandang predikat sebagai:
“yang berbuat zalim atas diri sendiri” (lihat QS Yunus; 10 :44)
“yang sangat zalim dan sangat mengingkari nikmat Allah” (lihat QS Ibrahim; 14 : 34),
“yang senantiasa tidak berterima kasih” (lihat QS Al-Isra’; 17 : 67),
“makhluk yang paling banyak membantah” (lihat QS Al-Kahfi; 18 : 54)
“yang tidak besyukur” (lihat QS Saba’; 34 : 13),
“yang benar-benar melampaui batas” (lihat QS Al ’Alaq; 96 : 6)
“yang sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhan-nya” (lihat QS Al-‘Aadiyah; 100 : 6)

Wahai. Alangkah celakanya. Kemanakah aku nantinya akan mengadu setelah nyawa berpisah dari badan? Padahal mau tidak mau, aku akan kembali kepada Nya (lihat QS Ar –Ruum; 30 : 11). Bagaimanakah nasib aku pada hari kiamat? Sedangkan kiamat itu pasti terjadi (lihat QS Al-Mukmin; 40 :59). Siapakah yang akan menjadi penolong aku? Sedangkan hari yang tiada pertolongan itu pasti akan aku lalui (lihat QS Luqman; 31 : 33).

Sudah saatnya aku mesti merubah sikap. Keangkuhan dan kelalaian tidak ada gunanya. Bahkan hanya akan membawa malapetaka. Alangkah meruginya, bilamana masih mengabaikan panggilan untuk memakmurkan masjid. Padahal hanyalah orang orang yang memakmurkan masjid itulah orang yang beruntung memperoleh petunjuk Maha Pencipta:

Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah. Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.(Surat At-Taubah; 09 : 18)

Ya Allah. Ampunilah hambaMu yang dhaif ini. Maafkanlah kelalaianku. Dan mohon kiranya Engkau merahmati aku dan saudara-saudaraku sesama muslim, dengan rasa cinta pada masjid, serta memberikan kemudahan untuk datang memakmurkan masjid, dan menjadikan hati kami senantiasa terpaut pada masjid. Aamiin.

(dikutip dari al-fauzien.web.id, tulisan : Syahril Bermawan in Artikel Islam on 12 18th, 2007)

Masjid Sederhana Tapi Bermanfaat. Bukan Mewah tapi Sepi

Assalamu'alaikum wr wb,

Masjid Sederhana Tapi Bermanfaat. Bukan Mewah tapi Sepi
Masjid adalah pusat ibadah ummat Islam. Di sanalah ummat Islam shalat
berjama’ah dan melakukan berbagai kegiatan lainnya.

Membangun masjid imbalannya sangat besar, yaitu: surga:
Usman bin Affan ra.: Kalian berlebih-lebihan, sesungguhnya aku mendengar
Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang membangun sebuah mesjid karena
Allah Taala, maka Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di surga. (Shahih
Muslim No.828)
Barangsiapa membangun untuk Allah sebuah masjid (mushola) walaupun sebesar
kandang unggas maka Allah akan membangun baginya rumah di surga. (HR.
Asysyihaab dan Al Bazzar)

Meski demikian, tidak jarang saat ini banyak pengurus masjid yang membangun
masjid secara berlebihan dengan bermegah-megahan. Ada yang sampai membuat
masjid dengan kubah emas. Padahal ummat Islam masih banyak yang miskin dan
terbelakang.

Ironisnya lagi, masjid yang dibangun secara mewah tersebut lebih sering
terkunci karena takut ada yang mencuri. Akibatnya orang justru sulit untuk
beribadah. Mesjidnya mewah, tapi sepi dari orang yang beribadah. Apalagi ketika
shalat subuh, kurang dari 5 shaf. Masjid akhirnya justru jadi tempat tujuan
wisata. Bukan tempat orang untuk beribadah.

Anas mengatakan, "Banyak orang yang akan bermegah-megahan dalam mendirikan
masjid, tetapi mereka tidak memakmurkannya melainkan sedikit"[HR Bukhari]
Ada yang beranggapan bahwa menghiasi masjid sehingga indahnya melebihi gereja
atau sinagog itu adalah syiar Islam/dakwah, padahal Nabi mengecam hal itu
sebagai mengikuti kaum Yahudi dan Kristen:

Ibnu Abbas berkata, "Sesungguhnya, kalian akan bersungguh-sungguh menghiasi
masjid-masjid kalian seperti orang-orang Yahudi dan Kristen menghiasi gereja
dan rumah ibadah mereka." [HR Bukhari]

Aku tidak menyuruh kamu membangun masjid untuk kemewahan (keindahan)
sebagaimana yang dilakukan kaum Yahudi dan Nasrani. (HR. Ibnu Hibban dan Abu
Dawud)

Ada yang berpendapat bahwa Allah itu suka keindahan, oleh karena itu membangun
masjid harus indah:
Sesungguhnya Allah indah dan senang kepada keindahan. Bila seorang ke luar
untuk menemui kawan-kawannya hendaklah merapikan dirinya. (HR. Al-Baihaqi)
Tapi maksud hadits di atas adalah indah dalam arti rapi dan tidak berlebihan.
Jika untuk jadi indah itu harus boros, megah, dan mewah, justru itu dibenci
Allah.
Orang yang boros atau menghambur-hamburkan uang secara berlebihan untuk sesuatu
termasuk membangun masjid menurut Allah adalah saudara setan:
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang
miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan
itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” [Al Israa’:26-27]

Karena itu penghematan penting dilakukan. Penggunaan pintu, jendela, atau pun
bahan yang tembus sinar matahari (meski warna susu/krim agar tidak panas) bisa
dipakai sehingga penggunaan lampu di siang hari yang cerah bisa dihindari.
Ventilasi yang baik atau pun penanaman pohon untuk menghalangi sinar matahari
bisa menurunkan suhu masjid agar tidak panas.

Allah membenci orang yang suka kemewahan dengan hukuman neraka:
“...Orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada
pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa...” [Huud 116]
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada
orang-orang yang hidup mewah di negeri itu supaya mentaati Allah tetapi mereka
melakukan kedurhakaan, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya ketentuan
Kami, kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” [Al Israa’ 16]
“Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewahan.” [Al Waaqi’ah 45]
Kebencian Allah terhadap orang yang hidup mewah tercermin di Saba’ ayat 34, Al
Muzzammil 11, dan Az Zukhruf ayat 23.
Allah membenci orang yang bermegah-megah sebagaimana disebut dalam Al Hadiid 20
dan At Takaatsur:
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu” [At Takaatsur 1]
Sesungguhnya membangun masjid mewah/indah itu adalah satu tanda kiamat. Dan
kiamat itu akan terjadi saat orang-orang sudah tidak beriman lagi kepada Allah.
Belum akan datang kiamat sehingga manusia berlomba-lomba membangun dan
memperindah masjid-masjid. (HR. Abu Dawud)

Sebaliknya meski gereja-gereja Romawi, Mesir, dan Syams sangat bagus, namun
Nabi tidak mau menandingi keindahannya. Padahal dalam segi kekuatan, kerajaan
Romawi dan Persia di bawah ummat Islam. Nabi tetap membuat masjid yang
sederhana dengan atap dari pelepah pohon kurma:
Abu Said berkata, "Atap masjid terbuat dari pelepah-pelepah pohon kurma."[HR
Bukhari]
Umar juga melarang mewarnai masjid dengan warna merah dan kuning agar orang
tidak tergoda akan keindahan masjid sehingga jadi tidak khusyuk beribadah untuk
Allah SWT:
Umar menyuruh membangun masjid dan berkata, "Lindungilah manusia (yang
berjamaah di dalamnya) dari hujan. Jangan sekali-kali diwarnai merah atau
kuning karena hal itu dapat menyebabkan orang-orang tergoda (tidak khusuk)."
[HR Bukhari]
Abdullah bin Umar berkata bahwa masjid pada zaman Rasulullah saw dibangun
dengan batu bata, atapnya dengan pelepah korma, dan tiangnya dengan batang
pohon korma. Abu Bakar r.a. tidak menambahnya sedikit pun. Umar r.a..
menambahnya dan membangun masjid seperti bangunan di masa Rasulullah saw dengan
batu bata dan pelepah korma, dan mengganti tiangnya dengan kayu. Selanjutnya,
Utsman r.a. mengubahnya dan melakukan penambahan yang banyak. Ia membangun
dindingnya dengan batu yang diukir dan dibuat pola tertentu. Ia menjadikan
tiang nya dari batu yang diukir dan atapnya dari kayu jati. [HR Bukhari]
Niat kita beribadah di masjid adalah untuk menyembah Allah. Bukan untuk
mengagumi keindahan masjid.

Sebaliknya meski masjid di zaman Nabi sangat sederhana, namun manfaatnya sangat
besar bagi masyarakat. Para pendatang bisa tidur dan bertempat tinggal di teras
masjid yang biasa disebut Shuffah:
Anas berkata, "Beberapa orang dari suku Ukal datang kepada Nabi Muhammad saw.,
kemudian mereka bertempat di teras masjid." [HR Bukhari]
Orang-orang miskin yang tidak punya tempat tinggal juga berdiam di teras
masjid/shuffah. Jumlahnya pada zaman Nabi sekitar 70 orang. Di antaranya adalah
Abu Hurairah, Abu Darda, Abu Dzar, dan sebagainya. Karena tinggal di masjid,
setiap ada ceramah dari Nabi, mereka mendengarnya sehingga akhirnya mereka
menjadi alim. Mereka jadi tempat bertanya. Banyak hadits diriwayatkan oleh
mereka.
Abdur Rahman bin Abu Bakar berkata, "Orang-orang Ahlush Shuffah (orang-orang
yang berdiam di teras masjid) itu adalah orang-orang fakir." [HR Bukhari]
Abu Hurairah berkata, "Aku melihat ada tujuh puluh orang dari Ahlush Shuffah,
tiada seorang pun di antara mereka itu yang mempunyai selendang. Mereka hanya
memiliki izar (kain panjang) atau lembaran-lembaran kain yang diikat seputar
leher mereka. Di antara lembaran kain itu ada yang hanya sampai pada separo
betis dan ada yang sampai pada kedua mata kaki, dan mereka menyatukannya dengan
tangan mereka, karena khawatir aurat mereka terlihat" [HR Bukhari]
Para sahabat Nabi yang kaya seperti Abu Bakar biasa memberikan makanan kepada
Ashabus Shuffah [Shahih Muslim No.3833].

Jika masjid sekarang punya shuffah untuk tempat tinggal bagi orang-orang
miskin, serta orang-orang kaya mau memberi makan mereka, niscaya para gelandang
dan anak-anak jalanan yang saat ini jumlahnya begitu banyak tidak akan
berkeliaran di jalan dan kelaparan.

Zaman Nabi, meski masjid sederhana, namun bagi orang-orang miskin manfaatnya
begitu besar. Zaman sekarang meski masjid begitu mewah sampai ada yang berlapis
emas, nyaris tidak bermanfaat bagi orang miskin. Jangankan untuk tempat tinggal
orang miskin. Untuk orang beribadah saja sulit karena sering dikunci.

Meski demikian, masjid harus senantiasa bersih dan wangi sehingga orang betah
tinggal di dalamnya. Tidak kotor, jorok, dan bau. Harus ada Merbot yang
senantiasa menjaga kebersihan masjid. Ini tentu perlu manajemen yang baik dan
rapi. Nabi pernah “menegur” seorang Arab Badui yang kencing di masjid dengan
cara yang amat halus. Nabi tidak memarahinya. Namun langsung menyiram bekas air
kencingnya.

Rasulullah Saw menyuruh kita membangun masjid-masjid di daerah-daerah dan agar
masjid-masjid itu dipelihara kebersihan dan keharumannya. (HR. Abu Dawud dan
Tirmidzi)

Zaman Nabi, masjid bukan hanya sekedar tempat shalat dan berzikir. Namun orang
juga bisa menyenandungkan syair selama tidak mengganggu orang shalat (tidak di
waktu shalat).

Abu Salamah bin Abdurrahman bin Auf: "Umar lewat di masjid dan Hasan sedang
bersenandung. Hassan berkata kepada Umar yang memelototinya, 'Aku pernah
bersyair di dalamnya, sedangkan di sana ada orang yang lebih baik daripada
engkau (Nabi Muhammad SAW).' Hassan lalu menoleh kepada Abu Hurairah seraya
berkata: Aku meminta kepadamu dengan nama Allah, apakah kamu mendengar
Rasulullah saw. bersabda, 'Wahai Allah, kuatkanlah ia (Hasan) dengan ruh suci
(Jibril).' Abu Hurairah menjawab, 'Ya.' [HR Bukhari]
Bahkan di HR Bukhari juga disebut Nabi bersama Siti ‘Aisyah pernah melihat
orang-orang Habsyi bermain tombak.

Selain itu, orang yang jadi tawanan atau bermasalah bisa diikat di tiang
masjid. Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Abu Hurairah pada
Kitab ke 21 'al-Amal fish Shalah', Bab ke-10."

Bahkan di zaman Nabi, masjid juga ternyata mempunyai manfaat sosial seperti
tempat merawat orang sakit. Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits
Aisyah yang tertera pada Kitab ke-64 'al-Maghazi', Bab ke-72." Bahwa Ummat
Islam membuat kemah di masjid untuk orang-orang sakit dan lainnya. Saat
sekarang, paling tidak di samping masjid orang membangun Majelis Ta’lim dengan
Poliklinik Kesehatan untuk melayani masyarakat.

Mimbar masjid:
Hadis riwayat Sahal bin Saad ra.:
Bahwa beberapa orang menemui Sahal bin Saad. Mereka berselisih mengenai jenis
kayu mimbar Rasul. Lalu kataku (Sahal): Demi Allah saya benar-benar tahu jenis
kayu mimbar itu dan siapa pembuatnya. Aku sempat melihat pertama kali
Rasulullah saw. duduk di atas mimbar itu. Abu hazim berkata: Aku katakan kepada
Abu Abbas: Ceritakanlah! Ia berkata: Rasulullah saw. pernah mengutus seseorang
kepada istri Abu Hazim. Abu Hazim berkata bahwa beliau pada hari itu akan
memberi nama anaknya, beliau bersabda: Lihatlah anakmu yang berprofesi tukang
kayu. Dia telah membuatkan aku sebuah tempat di mana aku berbicara di hadapan
orang. Dia telah membuatnya tiga anak tangga. Kemudian Rasulullah saw. menyuruh
meletakkannya di tempat ini. Mimbar tersebut berasal dari kayu hutan. Aku
sempat melihat Rasulullah berdiri di mimbar sambil membaca takbir yang diikuti
oleh para sahabat. Setelah beberapa lama berada di atas mimbar, beliau turun
mengundurkan diri lalu melakukan sujud di
dasar mimbar. Kemudian beliau kembali hingga beliau selesai salat. Setelah itu
beliau menghadap ke arah para sahabat dan bersabda: Wahai manusia, sesungguhnya
tadi aku lakukan hal itu agar kalian mengikuti aku dan kalian dapat belajar
tentang salatku. (Shahih Muslim No.847)

Di zaman Nabi saja ada orang-orang munafik yang sengaja membangun masjid
(Masjid Dliror) untuk memecah-belah ummat Islam. Nabi dengan tegas
menghancurkannya. Oleh karena itu, ummat Islam juga tetap harus mewaspadai
usaha orang-orang munafik gaya baru yang jumlahnya niscaya bertambah besar.
Dan di antara orang-orang munafik itu ada orang-orang yang mendirikan masjid
untuk menimbulkan kemudharatan pada orang-orang mukmin, untuk kekafiran dan
untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan
orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka
Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan." Dan Allah
menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).
[At Taubah:107]

Hanya orang-orang yang beriman saja yang boleh memakmurkan masjid. Ada pun
orang-orang musyrik tidak pantas karena mereka sendiri tidak beriman kepada
Allah dan Nabi Muhammad serta mempersekutukan Allah:
“Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah,
sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang
sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka.
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat
dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah
orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat
petunjuk.” [At Taubah 17-18]

Demikian sekilas perbandingan masjid di zaman Nabi yang fungsi sosial dan
kemasyarakatannya begitu besar dengan masjid sekarang. Memang ada masjid yang
seperti zaman Nabi, namun sayangnya jumlahnya masih sedikit sekali.

Referensi:
HR Bukhari, HR Muslim, HR Abu Daud, HR Tirmidzi dari Hadits Web 3.0 dan Al
Qur’an Digital yang bisa didownload di www.media-islam..or.id

(dikutip dari www.mail-archive.com/syiar-islam@yahoogroups.com, tulisan A Nizami, dipublikasikan Minggu, 25 Oktober 2009 pukul 19:01:19 -0700)